Mohon tunggu...
Prastawa Alif Pamuji
Prastawa Alif Pamuji Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Astrophile.

Suka astronomi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Batin

2 Maret 2023   00:47 Diperbarui: 2 Maret 2023   01:07 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sukatro memberhentikan langkahnya, membalikkan badannya lalu menatap Pak Kaji beserta para warga yang sedang mengejarnya.

"Tuhan telah menungguku di sana. Dia berjanji akan menjemputku malam ini. Maka dari itu, aku juga harus menepati janjiku untuk bertemu dengan-Nya di tengah hutan Gunung Jaran ini," Jari telunjuk Sukatro mengarah ke hutan gelap itu.

Pak Kaji beserta para warga mendadak kaku, diam di tempat. Mereka saling menatap satu sama lain, tak percaya apa yang sudah mereka dengar tadi.

Sukatro, pemuda yang sedari kecil sudah didiagnosa sebagai orang bisu, tiba-tiba saja berbicara. Sukatro, yang tadi masih terlihat di hadapan mereka, sudah hilang ditelan gelapnya hutan Gunung Jaran itu.

***

"Amin ...."

Semua orang bergegas membubarkan diri, meninggalkan tanah kuburan desa. Hanya juru kunci dan penggali kubur, Pak Dakoh dan Pak Badri yang tetap duduk di pinggir salah satu kuburan baru itu.

"Asal kau tahu, Bad, Sukatro memang tidak pernah bersuara lewat mulutnya. Akan tetapi, suara batinnya lebih keras dan lebih lembut dari semua orang di desa ini."

Pak Dakoh bangkit dari duduknya, berdiri tegak dengan kedua tangan menengadah ke atas.

"Mari kita benar-benar mendoakannya, seperti Sukatro yang selalu mendoakan kita semua saat ia sedang duduk di halaman rumahnya, seperti ia mendoakan kita agar diberi ampunan oleh Tuhan Allah atas semua dosa yang kita lakukan, seperti pengorbanan yang ia minta agar semua dosa orang di desa ini dipanggul oleh dirinya seorang.

Mari doakan dengan benar, tidak seperti doa palsu orang-orang desa tadi, yang dulu selalu menyumpahi dan mengutuk Sukatro dengan mengatasnamakan agama, yang bahkan agama mana pun sejatinya tidak mengajarkan hal buruk itu. Dan aku yakin, Sukatro sudah memaafkan segala bentuk fitnah yang sudah ia alami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun