Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajah Sejarah di Pulau Penyengat

11 Oktober 2017   14:07 Diperbarui: 11 Oktober 2017   15:32 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu situs yang banyak dikunjungi wisatawan di Pulau Penyengat. | Dokumentasi Pribadi

Mencoba baju Melayu. | Dokumentasi sarahjalan.com
Mencoba baju Melayu. | Dokumentasi sarahjalan.com
Selain itu, ada juga Balai Adat Melayu yang merupakan replika rumah adat Melayu yang dibuat dari kayu. Menariknya, di Balai Adat tersebut sekarang tidak hanya disediakan pelaminan Melayu, namun juga disewakan baju adat Melayu dengan harga sewa Rp25.000/baju. Sehingga bisa puas berfoto, dan merasakan jadi gadis atau bujang Melayu.

Mencicip air sumur yang suda ada sejak berabad lalu. | Dokumentasi Pribadi
Mencicip air sumur yang suda ada sejak berabad lalu. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, di Balai Adat juga bisa mencicip air yang berasal dari sumur yang usianya sudah berabad-abad. Air sumur tersebut cukup unik karena meski sangat dekat dengan laut, namun airnya tetap tawar. Selain itu, meski kemarau berbulan-bulan, airnya tidak pernah surut. Saat saya mencoba meminum air tersebut, terasa sangat segar di tenggorokan.

Makan siang di kedai-kedai yang disediakan penduduk. | Dokumentasi Pribadi
Makan siang di kedai-kedai yang disediakan penduduk. | Dokumentasi Pribadi
Berinterkasi dengan Masyarakat Sekitar

Saat berkunjung ke pulau tersebut, kami beruntung bisa mencicip langsung masakan penduduk setempat. Panitia menyiapkan satu rumah khusus yang tak jauh dari Makam Raja Ali Haji untuk tempat kami makan siang. Makanan-makanan khas Melayu tersebut disiapkan khusus oleh ibu-ibu setempat.

Salah satu panitia famtrip mengatakan, tidak sedikit wisatawan yang sengaja meminta secara khusus untuk disiapkan makananan oleh penduduk sekitar. Biasanya beberapa hari sebelum berkunjung, mereka memesan terlebih dahulu, baik melalui telepon, maupun melalui salah satu penduduk setempat.

Istana Kantor. | Dokumentasi Pribadi
Istana Kantor. | Dokumentasi Pribadi
Namun beberapa ada juga yang lebih memilih untuk mencicip makanan penduduk di kedai-kedai yang cukup banyak berderet di dekat pintu masuk Pulau Penyengat. Ada yang sengaja mencicip makanan berat, ada juga yang lebih memilih mencoba makanan ringan pengganjal perut, seperti otak-otak atau kue arem-arem.

Salah satu penjual oleh-oleh. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu penjual oleh-oleh. | Dokumentasi Pribadi
Penduduk Pulau Penyengat umumnya ramah-ramah. Mereka juga tidak segan memberi informasi saat kita bertanya terkait sejarah pulau tersebut. Saya bahkan sempat masuk ke perpustakaan umum yang ada di sekitar Masjid Sultan Riau. Saya bertemu dan mengobrol dengan beberapa anak yang kebetulan sedang berkunjung ke perpustakaan tersebut.

Bentor. Bila letih bisa berkeliling naik ini. | Dokumentasi Pribadi
Bentor. Bila letih bisa berkeliling naik ini. | Dokumentasi Pribadi
Ah, meski sudah beberapa kali berkunjung ke Pulau Penyengat --salah satunya juga saat berkunjung dengan Kompasiana dan Kementrian Pariwisata RI, rasanya belum puas. Belum terkelilingi semua. Kapan-kapan sepertinya harus kesana lagi, apalagi rasanya tak bosan mendengar cerita dari si juru kunci Makam Engku Putri mengenai keterikatan sejarah antara raja-raja di Pulau Penyengat dengan sultan-sultan di Malaysia-Singapura. 

Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun