Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Air Laut Bukan Solusi Air Baku

26 Oktober 2015   14:33 Diperbarui: 26 Oktober 2015   23:17 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain masalah biaya yang cukup tinggi, air laut yang disuling tidak memiliki mineral sama sekali. Air sulingan tersebut tidak hanya tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, namun juga tidak berguna sama sekali karena sudah tidak ada mineralnya. Untuk menambahkan mineral yang dibutuhkan tubuh dari air, harus diinjek lagi.

Singapura saja yang memiliki dana tidak terbatas untuk mengolah air laut menjadi air layak konsumsi tetap memilih mengambil air baku dari Johor, Malaysia. Air sulingan dari laut tetap mereka gunakan, namun sifatnya hanya cadangan, bukan sebagai konsumsi utama.

Bagaimana dengan program penghematan air?

Memperpanjang usia ketahanan air baku yang tersedia dengan cara menghemat pemakaian air tidak mudah. Ajakan marilah menggunakan air dengan lebih hemat, sangat mudah dikatakan namun faktanya sulit dilakukan. Lebih sulit melakukan hemat air saat air masih tersedia dengan cukup seperti saat ini – diluar kondisi El Nino.

Selain melakukan edukasi atau kampanye hemat air, seperti yang sudah dilakukan ATB selama ini, masyarakat dan pemerintah juga sebaiknya melakukan gerakan real untuk penghematan air. Kita harus melakukan gerakan masal secara terus menerus untuk melakukan penghematan air.

Bila memungkinkan sebaiknya pemerintah men-generate investor yang tidak menggunakan air terlalu banyak untuk menanamkan modal di Batam, meski sebenarnya hal tersebut sangat bertentangan dengan kepentingan ATB dari sisi bisnis. Semakin sedikit perusahaan menggunakan air, semakin tidak menguntungkan ATB.


Pemerintah juga ada baiknya melakukan edukasi hemat air langsung ke sekolah-sekolah. Mari kita bersama-sama mendidik dan mencontohkan para siswa agar menggunakan air dengan lebih hemat melalui kurikulum. Melakukan edukasi ke anak-anak akan lebih mudah dibanding harus melakukan edukasi pada orangtua.

Menghemat penggunaan air memang perlu dilakukan, namun pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Batam adalah dengan menambah air baku atau mengontrol jumlah penduduk. Tingkat kebutuhan air tidak cenderung semakin menurun. Semakin sejahtera seseorang, tingkat kebutuhan air akan semakin tinggi. Saat ini, rata-rata pemakaian air setiap penduduk Batam adalah 150 hingga 160 liter/hari.

Apalagi Batam juga sudah dua kali dilanda El Nino, yakni pada 1997/1998 dan 2015 ini. El Nino menyebabkan curah hujan berkurang sehingga menyebabkan air baku tidak bisa memenuhi kebutuhan normal masyarakat Batam. Seperti yang kita tahu, Batam tidak dianugrahi sumber daya air melimpah. Kota Batam sangat bergantung pada air hujan sebagai sumber air baku.

Saat Elnino 1997 terjadi, ATB bisa survive dan tidak perlu melakukan water rationing karena cadangan air baku Batam masih melimpah. Saat itu ATB menggunakan air baku 450 liter/detik dari cadangan air baku 3.850 liter/detik, tidak ada masalah. Saat El Nino melanda tahun ini, ATB terpaksa melakukan rationing karena cadangan air baku yang tidak mencukupi. Saat ini ATB sudah menggunakan hampir 3.500 liter/detik air, sementara cadangan air baku masih sama.

Perlu diketahu, rationing merupakan sebuah akibat bukan tujuan. Akibat Dam Harapan dan Ladi tidak bisa bertahan lebih lama hingga Februari 2016, ATB menurunkan kapasitas produksi yang berdampak kepada penggiliran suplai air kepada pelanggan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun