Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Didier Deschamps Ingin Menulis Sejarah Baru

14 Desember 2022   19:06 Diperbarui: 14 Desember 2022   19:28 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****
Langkah Les Bleus terhenti oleh di perempat final oleh Jerman yang menjadi juara dunia 2014. Perancis berangkat ke Brasil memang bukan favorit utama, mengingat pasukan Deschamps masih belum matang, belum berpengalaman, belum kuat menghadapi tekanan besar di ajang Piala Dunia.

Target pertama dibebankan kepada Deschamps adalah memenangkan Piala Eropa 2016, yang diselenggarakan di negeri sendiri. Misi yang hampir terwujud. Paul Pogba, Hugo Lloris, dan kawan-kawan, tampil apik dari awal hingga di semifinal berhasil menumbangkan Jerman lewat dua gol bintang andalan Antoine Griezmann.

Kemenangan yang membayar impas kekalahan di Rio de Jeneiro dua tahun sebelumnya. Sayang sekali, Perancis tampil antiklimaks di final melawan Portugal, dan kalah 0-1. Trofi yang sudah di depan mata lepas dengan sangat menyakitkan bagi seluruh negeri di Perancis.

Deschamps menebusnya dua tahun kemudian dengan memimpin Les Bleus menjuarai Piala Dunia Russia 2018. Deschamps pun mensejajarkan dirinya dengan legenda Brasil Mario Zagallao dan Kaisar Jerman Franz Beckenbauer. Tiga orang yang pernah memenangkan Piala Dunia sebagai pemain dan sebagai pelatih.

Deschamps menangani Perancis dengan membangun harmoni tim yang bertumpu pada pemain muda berbakat. Ia menyukai permainan kolektif. Baginya, kepentingan tim jauh di atas individu.

Deshamps juga peduli pada hal detail. Sepak bola modern memang menuntut hal tersebut. Tim yang melupakan hal detail akan dengan mudah tersingkir. Kegagalan di Piala Dunia 2014, Piala Eropa 2016, dan terakhir Piala Eropa 2020 meyakini Deschamp mengenai itu. Hal detail demikian mengandung banyak hal, mulai dari taktik, teknik, dan psikis.


Perancis datang ke Qatar sebagai juara bertahan dengan skuad yang cukup berbeda dengan di Russia 2018. Menunjukkan penampilan solid dan impresif di Qatar, membuktikan kapasitas sebagai favorit kuat setelah mengalahkan Polandia di babak 16 besar, dan kemudian menyingkirkan Inggris di perempat final. Terus bertumbuh seiring berjalannya lima laga.

Nanti malam di Al Bayt Stadium, Al Khor, Deschamps kembali mempimpin Perancis melawan "kuda hitam" Maroko di semifinal Piala Dunia 2022. Jika menang Perancis sudah ditunggu Argentina di pertandingan final pada Minggu 18 Desember 2022.

Perancis dan Deschamps punya misi kejayaaan, menulis sejarah baru dengan mempertahankan juara Piala Dunia menyamai pencapaian Brasil pada Piala Dunia 1958 dan 1962.

Pelatih berusia 53 tahun ini selalu dinaungi keberkahan serta keajaiban, di balik sosoknya yang sunyi, sebagaimana ketika menjadi kapten juara yang tidak populer.

Salam Piala Dunia.

Hayya Hayya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun