Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemanakah Diskursus-diskursus Itu?

12 Februari 2015   20:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Era 80-an dan 90-an dahulu, masa-masa remaja di SMA dan kuliah, saya sering terkagum-kagum dengan diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para pemikir kita, walaupun sebenarnya saya tidak paham sepenuhnya apa yang mereka bicarakan. Ada beberapa isu yang menarik perhatian, seperti isu-isu keagamaan dengan tokoh2nya Nurcholis Madjid, Gus Dur, Syafii Maarif, Harun Nasution, Romo Sindhunata dan sebagainya; kemudian isu-isu kenegaraan dan demokrasi, dengan tokoh-tokohnya Amien Rais, Arief Budiman, para penandatangan Petisi 50; kemudian isu-isu feminisme dengan tokohnya Julia Suryakusuma, isu-isu kesenian dengan banyak tokoh seperti Rendra, Putu Wijaya, Nano Riantiarno, Emha Ainun Nadjib, Umar Kayam, Agus Dermawan T dan sebagainya.

Pendeknya, saya masih ingat betapa riuhnya diskusi-diskusi yang dilakukan pada media massa yang terbit pada waktu itu, yang sebagian merupakan media serius, bukan media berita pada umumnya. Kita kenal misalnya majalah sastra Horison, yang meskipun kembang kempis namun masih bisa terbit. Kemudian di Yogya ada majalah Basis, yang meskipun diterbitkan oleh kalangan gereja namun mengulas masalah kehidupan dan filsafat secara luas. Untuk masalah sosial ekonomi ada majalan Prisma yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian (.....) Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Majalah-majalah tersebut mengupas masalah secara mendalam, seringkali sampai falsafahnya yang mendasar, sehingga pembaca dapat mengerti apa sebenarnya masalah yang dihadapi dan bagaimana solusi yang bisa diberikan.

Membandingkan dengan hari ini, ketika reformasi bergulir dan kebebasan bicara dibuka, riuh rendah tulisan di media lebih banyak diisi mengenai berita-berita yang tidak dapat dikatakan memberi kedalaman bagi pembaca. Banyak kontroversi, perselisihan, silang pendapat yang diumbar secara terbuka, yang seringkali menimbulkan perdebatan tiada habis. Belum lagi keberadaan internet dengan berita online yang mampu mengupdate berita secara  cepat, instan namun miskin kedalaman, menimbulkan pola baca yang berbeda bagi sebagian besar dari kita. Ditambah lagi media sosial juga memberikan corong kebebasan bicara yang seluas-luasnya, walaupun pada beberapa kasus menjadi masalah hukum dengan diterapkan UU ITE. Yang jelas, media massa saat ini tidak memberikan kedalaman makna dan kesempatan merenung yang cukup bagi pembaca, kita disuguhi oleh kedangkalan dan banalitas pemberitaan.

Pola pemberitaan tersebut tentunya tidak terlepas dari pola pikir yang membentuknya, dan bukan tidak mungkin terdialektika membentuk pola pikir para pembacanya. Tak mengherankan, bangsa ini seperti kehilangan kedalaman makna, banyak silang sengketa yang terjadi saat ini didasarkan oleh masalah-masalah yang tidak fundamental, tidak filosofis dan ideologis. Bergabung tidaknya partai dalam koalisi misalnya, mustahil saat ini didasarkan oleh kesamaan ide dan platform, bahkan mungkin sebuah partai tidak memiliki landasan ideologis dan platform yang jelas. Satu-satunya ideologi yang dipegang dengan erat oleh partai sepertinya bukan lagi ideologi, tetapi kesamaan kepentingan dan kebutuhan pragmatis. Kalau begitu, siapa yang bisa disalahkan, ketika diskursus-diskursus besar mengenai kenegaraan, keagamaan dan ide-ide besar lainnya sudah mati, yang hidup mau tidak mau hanyalah pandangan-pandangan sesaat, sempit dan instan. Jangan heran kalau bangsa ini seperti bangsa yang kebingungan dan kehilangan pegangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun