Mohon tunggu...
Cristian Zendrato
Cristian Zendrato Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mengunjungi konten saya. semoga dapat bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Strategi Pengentasan Kemiskinan di Indonesia?

16 Februari 2023   23:01 Diperbarui: 16 Februari 2023   23:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pemikiran tentang kemiskinan berkembang seiring berjalannya waktu, mereka pada dasarnya terkait dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (Britha Mikelsen, 2003). Kemiskinan menggambarkan keadaan kekurangan yang terjadi bukan karena orang miskin menginginkannya, melainkan karena mereka tidak berdaya untuk mencegahnya (Soegijanto Soegijoko, 1997).

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan meliputi faktor struktural, sosial, dan budaya serta faktor alam dan ekonomi. Kemiskinan alam dan ekonomi diakibatkan oleh kurangnya sumber daya alam, manusia, dan sumber daya lainnya yang memadai, yang membatasi potensi produksi dan mencegahnya untuk berkontribusi pada kemajuan. Hasil pembangunan yang tidak merata, konfigurasi kelembagaan, dan kebijakan pembangunan merupakan akar penyebab kemiskinan struktural dan sosial. 

Kemiskinan budaya, di sisi lain, dihasilkan dari perilaku atau sikap yang dirasa pantas dan membuat seseorang tetap miskin. Baik faktor internal maupun eksternal berkontribusi terhadap kemiskinan. Buruknya kualitas sumber daya manusia dan sikap individu adalah alasan internal. Di sisi lain, faktor eksternal seperti sumber daya alam yang langka, struktur sosial dan kelembagaan yang tidak memadai.

Jenis-jenis kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan pola waktu, yaitu: (1) kemiskinan persisten, yaitu kemiskinan jangka panjang atau genetik, yang meliputi daerah-daerah dengan sumber daya alam yang langka atau terisolasi; (2) kemiskinan siklis, yaitu kemiskinan yang mengikuti siklus ekonomi kemiskinan secara keseluruhan. (3) Kemiskinan musiman, yaitu kemiskinan musiman, umum terjadi di kalangan nelayan dan petani biji-bijian. (4) kemiskinan yag disengaja, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam atau pengaruh kebijakan.

Kemiskinan juga dapat dibedakan dengan perbandingan dengan ukuran tertentu atau dengan anggota masyarakat/kelompok lainnya. Pengukuran kemiskinan absolut menggunakan garis kemiskinan atau beberapa kondisi yang mencerminkan kemiskinan. Ukuran kemiskinan relatif dibandingkan dengan jumlah total kelompok, yang dapat digambarkan dengan kurva Lorenz, dan rasio Gini digunakan untuk menentukan besarnya kesenjangan.

Strategi penanggulangan kemiskinan yang diterapkan oleh pemerintah dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu melindungi rumah tangga dan kelompok masyarakat miskin sementara, dan membantu masyarakat miskin kronis melalui pemberdayaan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.

Strategi tersebut kemudian dituangkan dalam tiga proyek yang langsung menyasar masyarakat miskin, yaitu: (1) penyediaan kebutuhan dasar; 2) pengembangan sistem jaminan sosial; 3) pengembangan budaya bisnis. Selain itu, masyarakat miskin memiliki strategi pengentasan kemiskinan sendiri. Strategi yang ditempuh adalah melalui pinjaman dari lembaga informal, penambahan jam kerja, kerja anggota keluarga, migrasi atau tabungan.

Pada saat yang sama, menurut model pembangunan di belakang proyek pengentasan kemiskinan, kita dapat melihat jenis proyek pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dan dengan demikian fokus strategi pelaksanaan proyek. 

Model pembangunan yang dianut oleh negara berkembang secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jenis model pembangunan. Pembangunan Model I menitikberatkan pada pertumbuhan pendapatan nasional. Model Pembangunan II menitikberatkan pada pemerataan dan pemenuhan kebutuhan dasar. Model Pembangunan III berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelibatan masyarakat dan identifikasi kelompok sasaran atas kebutuhan dan partisipasi dalam proses pembangunan. Sementara itu, pembangunan model IV difokuskan pada peningkatan daya saing untuk menghadapi era globalisasi dan otonomi daerah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun