Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jadi Petani, Tidak Sekedar Kerja Keras tapi Juga Kerja Cerdas

28 April 2021   21:32 Diperbarui: 28 April 2021   21:40 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto.dok.pribadi/Para Petani sedang memotong padi di sawah Kuneru Atambua NTT-dokpri

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." (Mazmur 126:5)

Tidak semua orang ingin menjadi petani. Orang yang sekolah pertanian pun, belum tentu menggeluti pertanian. Hanya mereka yang benar--benar berminat saja, yang rela menjadi petani.

Sebenarnya menjadi petani itu tidak mahal, cuman yang buat mahal adalah gengsi. Orang tidak mau raba tanah, karena gengsi dan tidak mau kotor.

Kita sering mendengar, ada petani yang sukses, penghasilan lebih dari mereka yang bekerja di perkantoran. Hal itu memang benar, yang penting tekun dan focus. Bahwa, kunci dari kesuksesan adalah tekun dan fokus.

Hari ini kami memanen padi. Padi yang dipanen merupakan hasil kerja kami sendiri. Curah hujan tahun ini cukup baik, karena itu, kami memanfaatkan air hujan untuk bercocok tanam. Hasilnya lumayan untuk memenuhi kebutuhan beras tahun ini.

Sebenarnya menjadi petani tidak sulit bila dibandingkan dengan zaman dulu. Perkembangan teknologi telah memudahkan pekerjaan manusia. Mulai dari menyiapkan lahan, hingga memanen hasilnya, semuanya ada alatnya.

Waktu saya masih kecil saat mengolah sawah di kampung, yang kami andalkan adalah tenaga manusia. Kadang juga dengan tenaga hewan, (sapi atau kerbau) untuk membajak sawah. Untuk zaman sekarang tidak lagi. Banyak alat yang diciptakan untuk menggantikan tenaga manusia.

foto.dok.pribadi/Bersama para petani di sawah Kuneru
foto.dok.pribadi/Bersama para petani di sawah Kuneru
Pertanyaan sederhana, apa jadinya bila dunia tanpa petani? Memang, untuk zaman sekarang, tidak setiap orang mau menjadi petani. Para petani, sering tidak sudi bila anaknya kelak menjadi petani. Masyarakat masih memandang pekerjaan petani sebagai pekerjaan kelas rendah.

Bagi saya, menjadi petani itu mulia. Apa lagi di zaman moderen ini. Kita tidak harus kerja keras, tetapi kerja cerdas, dengan memanfaatkan teknologi dan juga ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Kuncinya adalah kemauan dan ketekunan. Kesuksesan tidak diperoleh dengan cuma--cuma, butuh perjuangan dan ketekunan. Siapa yang menabur dialah yang memanen hasilnya.

Atambua, 28.04.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun