Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Ratu Adil Sumpah Pemuda

29 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 29 Oktober 2022   06:48 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemampuan ini harus dimiliki sejak usia dini hingga dewasa, dari mereka yang lahir sudah terbiasa dengan gadget sampai dengan mereka yang sudah tua dan baru belajar menggunakan gadget. 

Ketika berbicara ketidakadilan saat ini juga menjadi kompleks, kebijakan dibuat dan diimplementasikan oleh penguasa. Setiap kebijakan tidak akan pernah menyenangkan semua orang dan dirasakan manfaatnya secara langsung. Bukan berarti sebuah kebijakan tidak boleh dikritisi, bila pun mengkritisi dengan cara yang baik dan sebisanya memberikan masukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Begitu juga dengan kemiskinan, ia bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah dihilangkan karena kompleksitas kehidupan sosial manusia. Mudahnya si kaya dan si mampu akan memberikan bantukan kepada si miskin dan si lemah. Dalam hal ini, negara seringkali diminta memberikan bantuan langsung kepada mereka. Diskusinya selalu menuju diberi kail atau ikan saja, tapi faktanya lebih dari sekedar kail dan ikan. Tapi lebih kepada meningkatkan nilai-nilai gotong-royong dan kebersamaan pada masyarakat kita bila mendapatkan sebuah musibah atau permasalahan hidup.

Sumpah Pemuda lahir pada awalnya sebagai puncak dari gerakan keadilan akibat perlakuan ketidaksetaraan  perlakuan antara pribumi dan non pribumi, antara terjajah dan penjajah. Pendidikan telah mengajarkan para pemuda itu arti kesetaraan, sehingga mereka berpendapat untuk mendapatkan kesejahteraan bagi bangsanya, Indonesia harus merdeka terlebih dahulu, setara dulu, mandiri. Selama keadilan itu tidak didapatkan maka kesejahteraan sulit dicapai.

Saat ini, bila penguasa kita tidak sama dengan kolonial Belanda, maka hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga nilai-nilai keadilan selama tidak bisa menjamin dalam mencapai kesejahteraan demi menjaga stabilitas masyarakat. 

Manusia sering kali melupakan ketidakadilan ketika ia tercukupi kesejahteraannya, tapi berpotensi melawan karena ketidakadilan walau kesejahterannya tercukupi.

Musuh kita saat ini bukanlah orang atau negara, karena kita sudah berdiri pada kaki kita sendiri secara de facto, musuh kita juga bukan pemerintah yang sekarang berkuasa. Tapi musuh kita adalah ketidakadilan yang harus diluruskan dengan cara-cara yang baik dan kemiskinan yang harus dihadapi dengan nilai-nilai keluhuran bangsa. Ini semua bagian dari strategi jika kita adalah bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun