Mohon tunggu...
Kosasih Ali Abu Bakar
Kosasih Ali Abu Bakar Mohon Tunggu... Dosen - Analis Kebijakan Ahli Madya, Pusat Penguatan Karakter

Baca, Tulis, Travelling, Nongkrong, Thinking

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Ratu Adil Sumpah Pemuda

29 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 29 Oktober 2022   06:48 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salah satu tonggak paling penting gerakan Indonesia merdeka adalah Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, gagasannya sendiri datang dari para pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). 

Mengingatkan kembali jika isi Sumpah Pemuda adalah mengaku bertumpah darah satu, Tanah Indonesia; mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Ada baiknya kita melihat kembali proses perjuangan dan nilai-nilai yang diperjuangkan pada waktu itu dengan kondisi saat ini dalam rangka mengisi kemerdekaan.

Para cendikia muda tersebut di masanya menjadi pionir dan inspirator bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perlu disadari jika keberadaan para pemuda tidak terlepas dari produk politik etis oleh pemerintah Belanda pada tahun 1900-an, khususnya pada bidang edukasi. Walau pada awalnya politik etis tersebut bertujuan untuk upaya-upaya melanggengkan penguasaan Belanda terhadap jajahannya Hindia Belanda. Ini terlihat dari perbedaan akses mutu pendidikan antara kaum pribumi, Timur Asing, dan Eropa. 

Tapi, ternyata banyak  para pemuda kita berhasil menscalling-up kemampuan mereka sehingga lahirlah tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan dengan kualitas yang luar biasa, seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan lainnya.

Pemuda kita, setelah mendapatkan pendidikan dan pengetahuan, mereka menjadikan itu jendela untuk melihat dan terkoneksi dengan dunia luar, seperti perang dunia ke 2, pertarungan antara imprealisme, komunisme dan pan islamisme, dan seterusnya. 

Selain itu, mereka juga di negerinya sendiri melihat ketidakadilan dan kemiskinan yang terjadi akibat dari kolonialisme oleh Belanda. Itu semua dijadikan momentum yang kemudian berubah menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa menggerakkan segenap komponen bangsa menuju Indonesia Merdeka.

Mereka melihat jika potensi kekuatan dari momentum-momentum tersebut tidak akan pernah berhasil dikeluarkan dan diarahkan untuk mengalahkan kekuatan Kolonial Belanda bila tidak adanya persatuan dan kesatuan. Terlebih lagi, Kolonial Belanda memang sangat ahli dalam menggunakan politik pecah belah atau devide et impera. Sehingga lahirlah Sumpah Pemuda.

Untuk saat ini, Indonesia telah merdeka. Tantangannya adalah bagaimana mengisi kemerdekaan untuk mencapai Indonesia yang Adil dan Sejahtera. Bila pada masa perjuangan kemerdekaan, persatuan dan kesatuan akan mudah didapat dengan adanya satu musuh yang sama, yaitu Belanda. 

Saat ini, musuh besar kita adalah ketidakadilan dan kemiskinan, maka kita harus bisa berupaya mencapai keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia. 

Berkaca pada perjuangan dahulu, bila belum mampu mencapai kesejahteraan yang diinginkan, maka sebaiknya kita memastikan keadilan bagi semua. Karena ketidaksetaraan atau ketidakadilan selalu menjadi celah dalam gerakan-gerakan pembaharuan yang terkadang menyebabkan konflik horizontal dan berkepanjangan.

Pemuda kita saat ini pada umumnya sudah mendapatkan akses pendidikan yang merata dan sangat terkoneksi dengan dunia luar dengan adanya media sosial. Bahkan, hal yang menjadi masalah adalah informasi yang begitu masif dan besat tersebut (big data) memerlukan keterampilan untuk mengolahnya, seperti berpikir kritis dan kemampuan meregulasi diri berdasarkan etika dan norma. 

Kemampuan ini harus dimiliki sejak usia dini hingga dewasa, dari mereka yang lahir sudah terbiasa dengan gadget sampai dengan mereka yang sudah tua dan baru belajar menggunakan gadget. 

Ketika berbicara ketidakadilan saat ini juga menjadi kompleks, kebijakan dibuat dan diimplementasikan oleh penguasa. Setiap kebijakan tidak akan pernah menyenangkan semua orang dan dirasakan manfaatnya secara langsung. Bukan berarti sebuah kebijakan tidak boleh dikritisi, bila pun mengkritisi dengan cara yang baik dan sebisanya memberikan masukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Begitu juga dengan kemiskinan, ia bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah dihilangkan karena kompleksitas kehidupan sosial manusia. Mudahnya si kaya dan si mampu akan memberikan bantukan kepada si miskin dan si lemah. Dalam hal ini, negara seringkali diminta memberikan bantuan langsung kepada mereka. Diskusinya selalu menuju diberi kail atau ikan saja, tapi faktanya lebih dari sekedar kail dan ikan. Tapi lebih kepada meningkatkan nilai-nilai gotong-royong dan kebersamaan pada masyarakat kita bila mendapatkan sebuah musibah atau permasalahan hidup.

Sumpah Pemuda lahir pada awalnya sebagai puncak dari gerakan keadilan akibat perlakuan ketidaksetaraan  perlakuan antara pribumi dan non pribumi, antara terjajah dan penjajah. Pendidikan telah mengajarkan para pemuda itu arti kesetaraan, sehingga mereka berpendapat untuk mendapatkan kesejahteraan bagi bangsanya, Indonesia harus merdeka terlebih dahulu, setara dulu, mandiri. Selama keadilan itu tidak didapatkan maka kesejahteraan sulit dicapai.

Saat ini, bila penguasa kita tidak sama dengan kolonial Belanda, maka hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga nilai-nilai keadilan selama tidak bisa menjamin dalam mencapai kesejahteraan demi menjaga stabilitas masyarakat. 

Manusia sering kali melupakan ketidakadilan ketika ia tercukupi kesejahteraannya, tapi berpotensi melawan karena ketidakadilan walau kesejahterannya tercukupi.

Musuh kita saat ini bukanlah orang atau negara, karena kita sudah berdiri pada kaki kita sendiri secara de facto, musuh kita juga bukan pemerintah yang sekarang berkuasa. Tapi musuh kita adalah ketidakadilan yang harus diluruskan dengan cara-cara yang baik dan kemiskinan yang harus dihadapi dengan nilai-nilai keluhuran bangsa. Ini semua bagian dari strategi jika kita adalah bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia, dan berbahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun