Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

6 Tips Mengatur Keuangan agar Tidak Stres

12 Agustus 2020   18:28 Diperbarui: 16 Agustus 2020   23:20 2406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merencanakan keuangan (Sumber: www.steemit.com)

Beberapa waktu yang lalu, saya menanyakan jadwal pengambilan sumpah seorang adek kelas. Dari sekadar menanyakan kabar, chat kami pun berlanjut hingga membicarakan efek pandemi ini. Tidak disangka, tiba-tiba ia mengucapkan terima kasih karena telah banyak sharing mengenai pengaturan keuangan pribadi kepadanya. 

Memang, saat masih bisa bebas bertemu dan nginap bersama saya, kadang sharing dan menekankan pentingnya dana darurat, dan mengenalkan jenis-jenis tabungan dan investasi kepadanya dan beberapa anak lain yang sudah akrab dengan saya. 

Sebenarnya saya hanya membagikan ilmu yang saya peroleh gratis dari berbagai media sosial, blog, maupun konten-konten di YouTube. 

Tujuan saya berbagi adalah supaya saat mereka bekerja nanti, mereka tidak kalap dan bisa belajar menyisihkan sedikit dari penghasilan mereka untuk masa depan. 

Saya berharap mereka tidak tersesat seperti saya yang merasa sangat terlambat mempelajari pengelolaan keuangan pribadi yang benar. Sesungguhnya tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berubah kearah yang lebih baik.

Berawal dari chat singkat itu, saya merenungi sudah sejauh mana saya berkembang dan apakah pengaturan yang sekarang saya lakukan sudah tepat. 

Sebelum menemukan metode yang saya gunakan saat ini, saya pernah berulang kali mengutak atik pengaturan keuangan saya. Berbagai metode yang disarankan oleh beberapa finansial advisor telah saya coba seperti metode persentase, metode simple (kebutuhan dan tabungan), dan banyak lagi. 

Saya bahkan membeli beberapa buku cara mengatur keuangan seperti Make it Happen dan Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya dari Prita Ghozie, E-book Investory, seri Investory dan Client dari Andika Diskartes, bahkan rela pre-order buku dari financial advisor yang membuat heboh baru-baru ini "The Principles of Personal Finance" yang enggak kepakai sama sekali karena isinya ternyata foto-foto saja, hiks.

Untuk itu saya memutuskan untuk mencoba menuliskan apa yang saya lakukan dari awal mengelola keuangan hingga pengaturan yang saya lakukan saat ini. 

Siapa tahu kelak saya kembali merasa tersesat, dengan kembali membaca tulisan ini, saya bisa kembali menemukan semangat dan pola pengaturan yang terbaik. 

Semua hal yang saya tuliskan ini murni merupakan pengalaman pribadi dan hasil menggabungkan ilmu-ilmu gratis yang saya temukan di internet dan sosial media.

Mengakui bahwa saya memiliki masalah
Hal ini terdengar sepele, tetapi sangat penting. Sejak menerima gaji pertama saya, saya sadar bahwa saya tidak mengatur uang dengan baik. Saya pembelanja yang impulsif dan bisa membeli suatu barang karena emosi dan perasaaan. Kadang saya menyesal telah membelanjakan uang dengan tidak semestinya. 

Tetapi kemudian, saya menghibur diri bahwa bulan depan saya akan kembali menerima gaji dan akan menyimpan sejumlah uang. Nyatanya, bulan berikutnya saya mengulangi kesalahan tersebut. Bahkan saya memutuskan untuk membeli dan mencicil rumah hanya karena keputusan berdasarkan emosi.

Saya mengakui diri saya benar-benar bermasalah dan membutuhkan pertolongan pada suatu waktu di tahun 2018, saat menemukan isi saldo rekening saya hanya Rp 350.000 di tengah bulan dan tabungan yang ditujukan untuk rencana melanjutkan pendidikan di tahun berikutnya hanya berkisar Rp 15.000.000. 

Padahal saya telah bekerja selama 4 tahun dengan pemasukan yang tidak sedikit. Saat itu saya memutuskan harus benar-benar berubah dan harus disiplin mengelola dana yang saya miliki.

Mencatat semua aset, pemasukan dan pengeluaran rutin
Hal ini terdengar mudah tetapi sesungguhnya lumayan sulit. Untuk aset dan pemasukan tidak terlalu sulit karena jumlah aset tidak terlalu banyak dan sebagian besar merupakan barang yang digunakan. 

Pendapatan juga mudah karena cenderung tetap tiap bulan. Pengeluaran lain ceritanya. Untuk benar-benar bisa rutin mencatat setiap rupiah yang keluar itu sangat sulit, butuh waktu lama untuk bisa mengkategorikan masing-masing pengeluaran. Bulan pertama banyak bolongnya.

Saya sampai mencoba tiga aplikasi setelah mencatat di Exel ternyata gagal besar. Tetapi hasilnya luar biasa. Uang-uang kecil yang tidak saya sadari keluar seperti parkir, biaya transfer antar bank, cemilan kecil-kecil, jajan kopi, ternyata setelah di akhir bulan jumlahnya sangat lumayan. 

Berdasarkan hasil pencatatan sekitar dua bulan, saya baru berhasil menghitung berapa biaya hidup saya yang sesungguhnya. Setelah itu baru saya bisa membuat alokasi anggaran kebutuhan tiap bulannya. 

Dengan menggunakan aplikasi di HP ternyata sangat memudahkan tracing pengeluaran sehari-hari, karena HP praktis akan selalu dibawa dan dibuka hampir sepanjang hari sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak mencatat setiap rupiah yang keluar.

Selain itu, setelah mencatat pengeluaran sehari-hari, saya juga jadi paham cara mengurangi biaya-biaya yang tidak penting misalnya mencari aplikasi untuk mengurangi biaya transfer, memilih membuat kopi sendiri dari rumah, dan otomatis keinginan membeli barang kecil-kecil dengan alasan lucu juga berkurang drastis.

Ilustrasi: wsj.com
Ilustrasi: wsj.com

Membuat alokasi anggaran bulanan
Setelah mengetahui besaran biaya yang digunakan sehari-hari, saya mulai membuat anggaran bulanan dan budget untuk masing-masing kebutuhan. Anggaran bulan ini adalah gaji dari bulan sebelumnya, bukan dari bulan berjalan. Jadi setiap tanggal 1, keuangan saya benar-benar restart dari awal. 

Prinsip keuangan saya adalah anggaran untuk bulan ini itu harus habis di awal bulan ini juga. Habis dalam artian uang yang memang teralokasi untuk bulan ini harus sudah dibagi semua di awal bulan, baik untuk kebutuhan hidup, tabungan, dan investasi.

Budgetnya saya bagi atas kategori perpuluhan, cicilan rumah, makan, transport, tagihan (pulsa, listrik, iuran komplek), grooming, pet, entertain, dan dana lain-lain (misalnya donasi, amplop kondangan), sisanya saya simpan untuk dana darurat, tabungan dan investasi. 

Awalnya saya menggunakan sistem persentase, seperti yang banyak di bahas di saran-saran keuangan. Tetapi, ternyata kesalahan-kesalahan finansial di masa lalu dan beberapa hal lain membuat saya tidak bisa menerapkan sistem itu di dalam keuangan saya. 

Saya lebih cenderung cocok dengan gaya "Kakeibo", yaitu menghitung seberapa besar sebenarnya kebutuhan saya, dan berapa yang bisa saya tabung setelah perhitungan di awal tersebut. Jadi petuah Buffet untuk menghabiskan apa yang sisa setelah ditabung tidak bisa diaplikasikan untuk kondisi saya.

Sistem ini yang saya gunakan ini ternyata membuat saya lebih nyaman, karena sudah ada budget yang harus saya ikuti, meskipun terkadang ada budget yang saling overlap, tetapi selama jumlahnya masih dalam anggaran bulanan, saya bisa tenang karena tidak utak-atik tabungan lagi. 

Jadi saya tidak terpatok bahwa uang yang saya sisihkan tiap bulan harus besar lagi, karena terkadang niat diawal menabung dalam jumlah besar, saya justru cemas apakah uang yang sisa ini akan cukup, dan kalau tidak cukup malah ngambil dari tabungan. Itu mengacaukan semuanya. Jadi bagi saya tidak apa-apa tabungannya disisihkan setelah biaya hidup terpenuhi, asalkan tidak lagi diutak-atik setelahnya. 

Hasilnya, saya lebih bisa mengumpulkan dalam jumlah lumayan dibandingkan sewaktu saya menggunakan sistem persentase. Uniknya meskipun ada yang overlap, setiap bulan pasti uangnya ada sisa meskipun hanya dalam jumlah puluhan ribu. Hal ini berbeda sekali dengan sebelumnya yang bahkan saya harus membongkar tabungan karena kebutuhan bulanan terasa kurang.

Mengumpulkan Dana Darurat
Dana darurat ini penting. Saya selalu teringat masa-masa saya terpaksa meninggalkan pekerjaan di klinik dan petshop karena ownernya berhutang ke koperasi. 

Saya beruntung punya kebiasaan dari kuliah untuk menyisihkan 10% uang bulanan saya waktu itu. Masa itu saya hanya tahu bahwa katanya orang harus nabung minimal 10% tapi tujuannya tidak ada untuk apa tabungan tersebut akan digunakan. 

Setelah menjadi PNS dan memiliki gaji yang tetap, saya masih terbiasa nabung tetapi tetap tanpa tujuan. Jadi saat orang tua butuh uang, untuk tiket, untuk jalan-jalan, untuk beli jam tangan, semuanya campur dalam satu rekening. Setelah banyak membaca dan mencoba, saya yang sekarang menyadari bahwa dana darurat, tabungan, dan uang sehari-hari itu sebaiknya terpisah.

Besaran dana darurat mungkin akan berbeda untuk tiap orang, ada yang 3 kali pengeluaran, 6 kali, bahkan 12 kali pengeluaran bulanan. 

Versi saya adalah kumpulkan dulu dana 3 kali penghasilan tetap bulanan, baru nanti beralih ke pos ke 5 dan 6 (Proteksi dan tabungan/investasi, dan tetap menambah dana darurat sedikit demi sedikit sampai tercapai jumlah 6-9 kali penghasilan tetap saya. Kenapa penghasilan? Karena sesuai prinsip saya diatas. 

Gaji itu harus selalu habis. Walaupun habisnya masuk ke pos-pos tabungan ya tidak apa-apa. Toh, itu saya yang punya prinsip, dan saya merasa nyaman dengan cara itu. Penggunaannya juga harus jelas definisi operasionalnya. Membeli barang yang bisa direncanakan seperti HP, TV bukan termasuk di dalam dana ini. 

Uang untuk beli barang-barang tersebut harusnya bisa ditabung. Tetapi jika mendadak HP mati sama sekali dan tidak bisa di servis ya sudah, tidap apa-apa dipake dananya. Asalkan ingat untuk mengisi kembali.

Dana darurat inilah yang membuat adek kelas saya berterima kasih kepada saya. Karena di masa pandemi ini, penghasilan orang tuanya otomatis berkurang, dia bisa menutupi kekurangan kiriman dari rumah dengan uang yang sudah dia kumpulkan sedikit demi sedikit. Sungguh saya bersyukur pernah sharing kepadanya mengenai dana darurat sebelum kita berhadapan dengan Covid-19.

Proteksi
Proteksi ini maksudnya asuransi. Untuk saat ini saya hanya memiliki BPJS, tetapi dalam hati ada keinginan untuk mencari asuransi kesehatan lain setelah keuangan benar-benar sudah stabil dan semua kebutuhan terpenuhi. 

Setelah punya anak nanti, saya berharap juga untuk memiliki asuransi jiwa. Untuk sekarang, BPJS dulu saja tidak apa-apa, sembari saya berdoa tidak perlu menggunakannya.

Tabungan dan Investasi
Banyak yang membedakan istilah tabungan dan investasi. Tabungan katanya adalah untuk tujuan jangka pendek, dan mudah untuk "dicairkan", sedangkan investasi tujuannya lebih ke jangka panjang dan tidak untuk penggunaan sewaktu-waktu. 

Tabungan dan Investasi harus ditentukan tujuan, nominal dan waktu berapa lama akan tercapai supaya optimal hasinya. Beberapa finansial advisor menyarankan menabung dan investasi setelah dana darurat terpenuhi. 

Bagi saya pribadi, saya memilih mengisi tiga rekening ini secara bersamaan dengan proporsi dana darurat lebih besar. Kenapa? Karena saya juga memiliki keinginan yang ingin saya capai dalam waktu dekat. Misalnya jam tangan baru, atau tiket pulang, pajak rumah atau kendaraan atau HP baru untuk menggantikan HP saya yang sudah semakin lemot. Investasi juga tetap saya jalankan meskipun nominalnya tidak terlalu besar. 

Seperti yang saya sampaikan di atas, tidak apa-apa saya menabungnya dengan nominal yang kecil, asalkan disiplin dan tidak diambil-ambil seperti sebelum-sebelumnya. 

Hal yang penting bagi saya saat ini, tujuan saya menabung dan investasi tercapai walaupun seperti merangkak, dan saya dapat menjalani hari-hari saya tanpa khawatir uang bulan ini tidak cukup dan tidak memiliki simpanan sama sekali.

Mungkin cara pengaturan keuangan pribadi saya berbeda dengan orang kebanyakan, namun cara ini merupakan hasil terbaik yang bisa saya lakukan setelah mencoba banyak metode. 

Satu hal yang saya ingat Prita Ghozie co-founder ZAP Finace pernah bilang, "Saat kita memperoleh gaji, yang pertama dilakukan adalah mengucap syukur jangan jadi beban dan bikin stres. Itu hasil keringat kita, harus kita nikmati dengan bahagia, bukan malah bikin kita sedih".

Jadi saya memilih untuk menikmati penghasilan saya apa adanya, dengan tetap memikirkan masa depan tanpa membuat saya merasa tertekan karena perasaan tidak cukup. Saya puas dengan pencapaian saya saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun