Mohon tunggu...
cornelia ratna nila
cornelia ratna nila Mohon Tunggu... Mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tri Hita Karana: Hubungan antara Pikiran, Tujuan Hidup, dan Pekerjaan Sumber Kebahagiaan

22 September 2025   16:15 Diperbarui: 22 September 2025   15:13 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setiap manusia pada dasarnya mendambakan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh hanya dengan materi atau kesenangan sesaat. Kebahagiaan sejati lahir dari keharmonisan batin, hubungan yang baik dengan sesama, serta rasa selaras dengan alam dan nilai spiritual. Dalam kearifan lokal Bali, terdapat sebuah filosofi hidup yang dikenal dengan nama Tri Hita Karana. Secara harfiah, “Tri” berarti tiga, “Hita” berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, dan “Karana” berarti penyebab. Dengan demikian, Tri Hita Karana dapat dimaknai sebagai tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

Konsep ini pada awalnya digunakan untuk menekankan pentingnya harmoni dalam tiga aspek kehidupan, yaitu:

  1. Hubungan manusia dengan Tuhan (parhyangan),
  2. Hubungan manusia dengan sesama manusia (pawongan),
  3. Hubungan manusia dengan alam lingkungan (palemahan).

Namun, jika dikaitkan dengan kehidupan modern, Tri Hita Karana dapat dipahami secara lebih personal melalui tiga dimensi penting yang berkaitan langsung dengan individu, yakni pikiran, tujuan hidup, dan pekerjaan. Ketiga aspek ini dapat menjadi fondasi utama bagi manusia untuk menemukan makna hidup sekaligus sumber kebahagiaan sejati.

Pikiran sebagai Landasan Kehidupan

Pikiran merupakan pusat dari segala perilaku dan sikap manusia. Apa yang dipikirkan akan sangat memengaruhi perasaan, keputusan, hingga tindakan. Pikiran positif dapat menumbuhkan rasa optimis, motivasi, serta energi baik yang memandu kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, pikiran negatif dapat menimbulkan stres, kecemasan, bahkan penyakit psikologis yang mengganggu kesejahteraan batin.

Oleh sebab itu, mengendalikan pikiran menjadi langkah awal dalam menciptakan kebahagiaan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya:

  • Kesadaran diri (mindfulness): menyadari emosi dan mengendalikan respons terhadap situasi.
  • Sikap syukur: menghargai setiap pengalaman hidup, baik suka maupun duka.
  • Berpikir rasional dan positif: melihat tantangan bukan sebagai hambatan, melainkan peluang untuk belajar dan berkembang.

Pikiran yang sehat akan menjadi fondasi kuat dalam menentukan tujuan hidup yang lebih jelas serta menjalani pekerjaan dengan sikap yang benar.

Tujuan Hidup sebagai Arah

Tujuan hidup memberikan arah dan makna bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Seseorang tanpa tujuan hidup ibarat kapal tanpa kompas yang terombang-ambing oleh ombak. Tujuan hidup tidak semata-mata berbicara tentang pencapaian materi atau keberhasilan duniawi, melainkan juga berkaitan dengan nilai-nilai moral, spiritual, serta kontribusi terhadap orang lain.

Dalam konteks Tri Hita Karana, tujuan hidup harus selaras dengan tiga hal:

  1. Kepentingan diri: membangun kesejahteraan pribadi dan pengembangan potensi.
  2. Kepentingan sesama: memberikan manfaat nyata bagi keluarga, masyarakat, dan lingkungan sosial.
  3. Kepentingan alam dan spiritual: hidup sesuai nilai-nilai luhur, menjaga keseimbangan alam, serta mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Dengan tujuan hidup yang bermakna, seseorang dapat tetap teguh meskipun menghadapi kesulitan. Tujuan hidup berfungsi sebagai kompas yang menuntun langkah agar tetap berada pada jalur yang benar.

Pekerjaan sebagai Wujud Nyata

Pekerjaan adalah sarana untuk mengaktualisasikan pikiran serta mewujudkan tujuan hidup. Melalui pekerjaan, manusia tidak hanya memperoleh penghasilan untuk bertahan hidup, tetapi juga mengembangkan diri, menyalurkan potensi, serta berkontribusi bagi masyarakat.

Bekerja dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, dan disertai etos kerja yang baik dapat melahirkan kepuasan batin. Hal ini sejalan dengan ajaran karma dalam budaya timur, yang menekankan bahwa setiap tindakan akan menghasilkan akibat. Pekerjaan yang dilakukan dengan niat baik, disiplin, dan konsisten akan membawa hasil positif, baik berupa kesejahteraan material maupun ketenangan jiwa.

Selain itu, pekerjaan juga menjadi sarana untuk menghubungkan manusia dengan sesama. Melalui hasil kerja, seseorang dapat membantu orang lain, menciptakan manfaat, dan memberi dampak positif bagi kehidupan sosial. Dengan demikian, pekerjaan bukan hanya rutinitas, tetapi juga jalan menuju kebahagiaan sejati.

Keterhubungan antara Pikiran, Tujuan Hidup, dan Pekerjaan

Ketiga unsur ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Pikiran adalah sumber ide dan keyakinan yang akan membentuk cara seseorang memandang hidup. Dari pikiran yang sehat, lahirlah tujuan hidup yang jelas dan bermakna. Tujuan hidup tersebut selanjutnya diwujudkan melalui pekerjaan yang dijalani dengan penuh kesungguhan.

Sebaliknya, pekerjaan yang dijalani tanpa tujuan hanya akan menjadi beban, dan tujuan hidup tanpa pikiran yang jernih akan mudah goyah. Jika ketiga aspek ini berjalan secara harmonis, maka kebahagiaan lahir dan batin dapat tercapai. Dengan kata lain, keseimbangan antara pikiran, tujuan hidup, dan pekerjaan merupakan kunci untuk mencapai kualitas hidup yang baik.

Tri Hita Karana sebagai Sumber Kebahagiaan

Filosofi Tri Hita Karana mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak semata-mata datang dari faktor eksternal, melainkan dari keharmonisan internal dan eksternal. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh ketika seseorang mampu menjaga keseimbangan antara pikiran yang positif, tujuan hidup yang bermakna, serta pekerjaan yang bermanfaat.

Keseimbangan ini menciptakan tiga bentuk harmoni:

  1. Harmoni dalam diri sendiri: pikiran yang tenang, hati yang damai, serta keyakinan yang kuat.
  2. Harmoni dengan sesama: melalui pekerjaan dan kontribusi yang memberi manfaat nyata bagi orang lain.
  3. Harmoni dengan alam dan spiritual: tujuan hidup yang selaras dengan nilai-nilai luhur serta menjaga keseimbangan ekosistem.

Jika ketiganya tercapai, manusia akan merasakan kebahagiaan sejati yang melampaui sekadar kepuasan materi.

Tri Hita Karana memberikan pelajaran berharga bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari satu faktor tunggal, melainkan perpaduan dari tiga aspek utama: pikiran, tujuan hidup, dan pekerjaan. Pikiran yang positif menjadi pondasi, tujuan hidup memberi arah, sementara pekerjaan menjadi jalan untuk mewujudkan keduanya.

Dalam kehidupan modern yang penuh tantangan, penerapan filosofi ini sangat relevan untuk menjaga keseimbangan hidup. Dengan menjaga keharmonisan pikiran, tujuan hidup, dan pekerjaan, manusia dapat meraih kebahagiaan lahir dan batin yang utuh sesuai dengan nilai-nilai luhur Tri Hita Karana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun