Pernahkah kamu berpikir bahwa hal-hal sederhana di sekitar kita  seperti pakaian, iklan, atau bahkan secangkir kopi  sebenarnya menyimpan makna tersembunyi?Â
Roland Barthes, seorang pemikir asal Prancis, percaya bahwa dunia ini dipenuhi oleh tanda-tanda yang berbicara, hanya saja tidak semua orang bisa mendengarnya.Â
Melalui teori semiotikanya, Barthes mengajak kita untuk "membaca" makna di balik setiap simbol dan kebiasaan yang tampak biasa.
Bahasa, Gambar, dan Simbol: Dunia sebagai Teks
Menurut Barthes, segala sesuatu di sekitar kita bisa dianggap sebagai teks yang dapat dibaca dan ditafsirkan.
Ia melanjutkan gagasan Ferdinand de Saussure yang membedakan antara penanda (bentuk fisik seperti kata, gambar, atau bunyi) dan petanda (makna atau konsep yang diwakili bentuk itu).
Namun, Barthes tidak berhenti di situ. Ia menambahkan bahwa makna tidak hanya berhenti pada hubungan antara kata dan benda, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya.
 Artinya, tanda bisa punya makna berbeda tergantung siapa yang membaca dan di mana ia hidup. Sebuah bunga mawar, misalnya, bisa berarti cinta di satu budaya, tetapi bisa juga bermakna kesedihan di budaya lain.
Makna Denotatif dan Konotatif
Dalam pandangan Barthes, setiap tanda memiliki dua tingkat makna: denotasi dan konotasi
-Denotasi adalah makna literal atau makna pertama dari suatu tanda.
-Konotasi adalah makna tambahan yang muncul karena perasaan, nilai, atau kebiasaan budaya.