“Jangan sekali-kali bicara saat emosi.” Peringatan ini terdengar klise, tapi di film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih, ia menjelma jadi pelajaran paling mahal. Lewat pasangan muda Alfa dan Darian, film ini bukan hanya mengocok perut dengan humor absurd, tapi juga menampar keras dengan realitas pahit tentang janji suci yang tak bisa ditarik kembali.
Film berdurasi 2 jam 8 menit ini berani mengangkat isu yang jarang disentuh di layar lebar: talak tiga dalam pernikahan Muslim. Tema sensitif ini dibalut dengan drama komedi romantis yang ringan tapi tajam, membuatnya terasa dekat sekaligus menohok.
Sejak tayang perdana pada 25 September 2025 lalu, film garapan Soex Entertainment dan Drias Film ini langsung jadi perbincangan, meraih rating 7.0/10 di IMDb dan secara personal pantas diberi skor 3.5/5.
Cinta Manis yang Meledak Jadi Bom Waktu
Kisah bermula bak dongeng modern. Alfa (Mikha Tambayong) dan Darian (Kevin Ardilova) jatuh cinta dengan secepat kilat, lalu menikah dengan euforia, hanya butuh dua bulan untuk berubah jadi pasangan toksik. Pertengkaran jadi menu harian mereka - meledak, penuh drama, sekaligus terasa begitu nyata bagi penonton.
Ledakan terbesar terjadi ketika Darian, sosok muda melankolis dengan trauma masa lalu, kelepasan mengucap kata pamungkas: “Talak tiga.” Satu kalimat yang menjadikan perpisahan permanen. Sesal pun datang terlambat. Meski cinta masih ada, agama menegaskan jalan kembali tidaklah sederhana.
Alur cerita kemudian bergulir pada upaya keluarga mendesak rujuk. Syaratnya berat: Alfa harus menikah dengan pria lain dalam pernikahan sah, lalu bercerai, baru bisa kembali pada Darian. Sebuah dilema emosional yang absurd, getir, sekaligus penuh bahan komedi.
Kolaborasi Dua Maestro, Humor yang Absurd tapi Menggigit
Kekuatan utama film ini lahir dari kolaborasi Benni Setiawan (sutradara) dan Garin Nugroho (ide cerita & naskah). Garin yang dikenal puitis dan sarat kritik sosial berhasil mengemas isu serius jadi narasi yang bisa dipahami siapa saja, tanpa kehilangan kedalaman makna. Benni kemudian menerjemahkannya ke layar dengan sentuhan komedi yang cair, segar, dan tepat timing.
Komedi di film ini bukan sekadar gimmick. Ia tumbuh dari situasi serba salah yang menggelikan - seperti Darian yang harus merelakan istrinya menikah dengan pria lain, tapi diam-diam terus ikut campur dalam rumah tangga baru tersebut. Absurditas inilah yang membuat penonton tertawa sekaligus mengelus dada.