Dulu, waktu 2014/2015an di kampung tempat saya ada program wajib jaga malam. Saya pernah ikut jaga malam menggantikan kehadiran bapak di saat libur sekolah. Bersama teman-teman, kami jaga sampai maksimal jam 2 dini hari saja. Pengalaman itu sangat berkesan. Kami bukan hanya berjaga, tetapi juga bercanda dan berbagi cerita.
Di masa kepemimpinan Bupati Pak Mustofa di Lampung Tengah pada periode 2015-2018 setiap kampung punya program ronda malam. Bahkan, Pak Bupatinya juga beberapa kali turun lapangan keliling buat memastikan ronda malam berjalanan.
Program ini berhasil menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Namun sayangnya, sejak beliau tersandung kasus KPK, program ini kian memudar. Dan, sekarang sudah nggak nampak lagi. Wajar jika saat ini banyak kejahatan sering terjadi. Terutama kemalingan, yang paling sering ya kendaraan sepeda motor.
Makanya ibu saya suka cerewet kalau malam sudah tiba, tapi motor masih dibiarkan di luar rumah. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Di tengah kepadatan penduduk, para maling semakin cermat dan cerdik. Lengah dikit, motor kesayangan bisa raib dalam sekejap.
Informasi tentang pencurian sepeda motor atau pembobolan rumah kini hampir setiap hari ramai diperbincangkan di media sosial, lengkap dengan rekaman CCTV. Ini menjadi bukti bahwa rasa aman yang dulu hadir, kini mulai pudar.
Nilai-Nilai yang Terkikis dan Pesan untuk Kita
Hilangnya tradisi siskamling bukan hanya tentang keamanan, tetapi juga tentang terkikisnya nilai-nilai sosial. Dulu, siskamling mengajarkan kita tentang gotong royong dan solidaritas. Setiap warga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan bersama.
Semua warga ikut andil, bukan hanya segelintir orang. Ini berbeda dengan sistem keamanan saat ini, di mana kita hanya cukup membayar iuran bulanan dan menyerahkan semua tanggung jawab kepada satpam.
Selain itu, siskamling juga melatih kepekaan sosial. Saat ronda, kita tidak hanya mengawasi keamanan, tetapi juga peka terhadap lingkungan sekitar. Kita bisa melihat jika ada tetangga yang sedang dalam kesulitan, atau ada hal-hal mencurigakan yang perlu diwaspadai. Interaksi tatap muka yang terjadi di pos ronda membuat kita lebih dekat dengan tetangga. Kita bisa saling menyapa, berbagi cerita, dan membangun rasa kekeluargaan yang kuat.
Wacana untuk mengaktifkan kembali siskamling dan pos ronda adalah sebuah tantangan sekaligus peluang. Tantangannya adalah bagaimana membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya gotong royong dan kebersamaan. Peluangnya adalah untuk membangun kembali fondasi sosial yang mulai rapuh.
Pos ronda bukan hanya tempat untuk berjaga, tetapi juga ruang untuk membangun kembali kehangatan dan kekeluargaan yang mulai pudar.