Belajar dari Peristiwa Perusakan Fasilitas Publik
Kerusuhan yang melanda beberapa waktu lalu seharusnya menjadi cermin. Bahwa tindakan destruktif tidak pernah menyelesaikan masalah, justru memperburuk keadaan. Fasilitas publik adalah wajah peradaban: bagaimana kita memperlakukan sarana itu, begitulah kualitas bangsa kita terlihat.
Di negara-negara maju, transportasi publik adalah simbol keteraturan dan disiplin. Jepang, misalnya, menjadikan kereta api bukan hanya sarana mobilitas, tetapi juga bagian dari budaya ketepatan waktu dan kebersihan. Kereta tidak dirusak meski ada demonstrasi besar, karena masyarakat paham: merusak fasilitas publik sama dengan merusak diri mereka sendiri.
Indonesia pun seharusnya bisa begitu. Kita tidak kekurangan contoh, hanya perlu kesadaran kolektif.
Menjaga Bersama, Menjaga Harapan
Untuk melindungi fasilitas perkeretaapian dari potensi gangguan, ada beberapa hal penting yang perlu kita lakukan bersama. Kesadaran kolektif menjadi kunci utama. Jangan pernah merasa bahwa kereta hanya milik pemerintah atau perusahaan penyedia jasa.
Kereta adalah milik kita semua. Maka, menjaga, merawat, dan menggunakannya dengan baik adalah bentuk tanggung jawab kita sebagai warga.
Peningkatan keamanan memang perlu dilakukan oleh pihak penyelenggara bersama aparat. Namun, sekuat apa pun pengawasan, semua akan sia-sia jika masyarakat tidak merasa memiliki.
Karena itu, edukasi publik perlu digencarkan. Masyarakat harus terus diingatkan bahwa merusak fasilitas publik sama saja dengan merusak kesempatan hidup mereka sendiri.
Komunitas pengguna kereta; mulai dari pekerja, mahasiswa, hingga pedagang kecil sebenarnya bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga ketertiban. Kehadiran mereka di lapangan menjadi mata dan telinga untuk mengantisipasi tindakan yang merugikan. Dengan partisipasi aktif, pengawasan menjadi lebih menyeluruh.
Mari kita renungkan sejenak: setiap kursi di dalam kereta adalah tempat duduk seorang ayah yang berangkat kerja, seorang ibu yang mencari nafkah, atau seorang anak yang menuntut ilmu. Setiap stasiun adalah titik temu harapan, tempat di mana jutaan orang bertemu dengan rezekinya.