Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam dan Tantangan Media Sosial Bagi Generasi Muda

24 Mei 2025   11:15 Diperbarui: 24 Mei 2025   11:00 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ning Uswah Syauqie saat mengisi seminar di PCNU Kebumen. (Sumber: Tangkapan layar)

       Di era digital yang serba cepat, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) kian akrab dalam kehidupan generasi muda. Rasa takut tertinggal dari tren atau informasi yang sedang viral menjadi pemicu banyak orang untuk terburu-buru ikut arus, tanpa sempat berpikir panjang. Dalam sebuah seminar bertema "Deep Talk ala Gen-Z: Muslimah FOMO, Kenapa Tidak!" yang digelar di PCNU Kebumen,  Ning Uswah Syauqie - pengasuh Pondok Pesantren Al Azhar Mojokerto sekaligus pendiri platform dakwah digital Rundingan.id - mengupas fenomena ini dari perspektif Islam secara tajam dan membumi.

Dalam penyampaiannya, Ning Uswah yang juga tengah menempuh pendidikan doktoral di Universitas KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto, menegaskan bahwa FOMO bukanlah konsep baru. Bahkan pada masa pra-Islam, bentuk FOMO telah muncul dalam ketimpangan sosial, khususnya terhadap perempuan. Ketakutan masyarakat kala itu terhadap kehilangan kehormatan atau kendali sosial membuat perempuan diperlakukan tidak adil - mulai dari dikucilkan saat haid hingga dikubur hidup-hidup. Islam hadir membalikkan kondisi ini, menghapus tradisi jahiliyah, dan mengangkat derajat perempuan dengan aturan yang adil dan penuh kasih.

Tidak Semua yang Viral Perlu Diikuti

Melalui kanal YouTube NU Online, Ning Uswah menyampaikan pesan penting bahwa tidak semua yang viral harus diikuti. "Dalam Islam, klarifikasi itu prinsip," ujarnya, merujuk pada ajaran dalam Al-Qur'an untuk selalu mengembalikan segala perkara kepada Allah dan Rasul-Nya ketika menemui keraguan. Ia menekankan, budaya ikut-ikutan tanpa ilmu bisa membawa pada kesalahan, bahkan kerusakan sosial. Islam menuntun umatnya untuk berpikir jernih, bertindak bijak, dan mengutamakan manfaat sebelum menyebarkan atau menanggapi sebuah informasi.

FOMO dan Tekanan pada Perempuan

Sorotan tajam juga diberikan pada bagaimana FOMO menimbulkan tekanan besar bagi perempuan, terutama di media sosial. Standar kecantikan, gaya hidup, hingga pencapaian sering kali membuat perempuan merasa kurang jika tidak mengikuti arus. Padahal, menurut Ning Uswah, Islam justru melindungi perempuan dari tekanan tersebut. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW) menjadi sosok trend setter yang menentang perlakuan buruk terhadap perempuan, termasuk dengan membatalkan kebiasaan mengurung perempuan haid dan menggantikannya dengan penghormatan dan kebebasan bertanggung jawab.

Tidak hanya dalam tataran sosial, dalam konteks rumah tangga pun, Islam menaruh perhatian besar pada perlakuan adil dan penuh empati terhadap perempuan. Al-Qur'an memberikan tahapan penyelesaian konflik secara bertahap dan manusiawi, bukan dengan kekerasan. Bahkan jika sampai pada tahap pemberian sanksi fisik, itu pun sangat dibatasi secara ketat, seperti tidak boleh menyakiti, tidak boleh memukul wajah, dan hanya menggunakan alat ringan seperti siwak. Semua ini menunjukkan bahwa Islam sangat hati-hati dalam menjaga martabat perempuan.

Etika Bermedia Sosial dan Kesadaran Digital

Ning Uswah juga mengajak generasi muda untuk menyadari bahwa FOMO bukan hanya soal mengejar tren, tapi juga menyangkut bagaimana kita berinteraksi dan berucap di media sosial. Komentar negatif, menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya, hingga membuat konten provokatif demi popularitas, merupakan bentuk FOMO yang merusak.

"Media sosial harus kita kuasai, bukan sebaliknya," tegas Ning Uswah. Ia menyarankan agar setiap Muslim sebelum berbicara atau berbagi sesuatu di ruang digital mempertimbangkan tiga pertanyaan penting: Apakah ini benar? Apakah ini bermanfaat? Apakah ini membawa kebaikan? Kesadaran ini menjadi kunci agar ruang digital tetap sehat dan beradab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun