Mohon tunggu...
Disisi Saidi Fatah
Disisi Saidi Fatah Mohon Tunggu... Blogger

Cendekia Al Azzam - Penyuka warna biru yang demen kopi hitam tanpa gula | suka mengabadikan perjalanan melalui tulisan untuk dikenang di kemudian hari | Suka Buku dan Film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Jejak Megalitikum di Situs Batu Bedil, Tanggamus

20 Mei 2025   19:43 Diperbarui: 20 Mei 2025   19:43 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Batu Bedil Tanggamus, Lampung (Sumber: Dokpri/Cendekia)

Beberapa waktu lalu, aku berkesempatan menjalankan tugas kerja lapangan di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Ini adalah kali kedua aku masuk wilayah Tanggamus, tapi ini kali pertama aku benar-benar bekerja di sini. Tugasku saat itu adalah mendata aset milik salah satu perusahaan BUMN. Rutinitas kerja lapangan seperti ini sering membawaku ke tempat-tempat baru, dan kadang menyimpan kejutan kecil yang menyenangkan---seperti yang terjadi kali ini.

Di tengah kesibukan mencatat dan memeriksa aset, aku baru menyadari kalau salah satu lokasi yang aku kunjungi ternyata meliputi sebuah situs sejarah bernama Situs Batu Bedil. Karena penasaran kenapa dinamakan begitu dan apa saja yang ada di dalamnya, akhirnya aku memutuskan untuk mampir setelah pekerjaanku selesai.

Ternyata, masuk ke situs ini gratis. Nggak ada tiket masuk, bahkan parkir pun nggak dipungut biaya. Pengunjung juga boleh mengisi buku tamu, tapi saat itu aku melewatinya, karena petugas penjaga tidak meminta. Yang penting, tetap sopan dan menjaga kebersihan ya!

Lokasi dan Suasana

Berdasarkan informasi yang aku peroleh, secara administratif, situs ini berada di dua desa: Desa Gunung Meraksa dan Desa Batu Bedil Hilir, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus. Lokasinya cukup strategis, berada di tepi jalan yang menghubungkan Desa Talang Padang dan Desa Air Bakoman. Letaknya di dataran tinggi, sekitar 370 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Waktu itu aku datang siang menjelang sore, karena menyelesaikan tugas pekerjaan dulu. Cuacanya sedang cukup panas. Tapi begitu masuk ke area situs, suasananya langsung berubah---sejuk dan teduh berkat banyaknya pepohonan. Tempat ini luas, bersih, dan terasa sangat asri. Ternyata, tiap hari ada petugas kebersihan yang berjaga. Aku sempat bincang sedikit dengan petugas kebersihan waktu pagi hari, darinya pula aku tahu jika situs ini dibuka untuk umum. 

Memasuki wilayah situs, aku disambut oleh penjaga yang ramah. Awalnya, ia mengira aku akan kembali sebab pekerjaanku yang belum rampung, karena pagi tadi aku sempat masuk ke area ini guna melangsungkan pekerjaanku mendata asset. Saat aku bertanya-tanya, beliau menjawab dengan antusias, meskipun pertanyaanku lebih banyak sekadar basa-basi.

Menhir "Batu Bedil" dan Jejak Budaya Megalitik

Yang menjadi ikon dari situs ini adalah sebuah menhir besar yang oleh masyarakat disebut Batu Bedil. Konon, dulu sering terdengar bunyi seperti letusan dari arah batu ini---itulah asal muasal namanya. Batu ini berukuran cukup besar, dengan lebar sekitar 109 cm dan tinggi 220 cm.

Selain menhir utama, di sekitar situs ini juga ditemukan berbagai artefak lain seperti batu tegak, lumpang batu, altar batu, hingga batu yang memiliki goresan. Sebaran artefaknya membentang dari barat daya ke timur laut, dengan arah orientasi ke tenggara. Ini menunjukkan kompleksitas dan kekayaan budaya megalitik yang pernah berkembang di daerah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun