Sayangnya, aku tidak sempat masuk karena pagar akses ke lokasi ditutup dan tidak ada penjaga. Warga sekitar pun sedang tidak tampak di luar rumah, jadi aku hanya bisa mengamati dari luar pagar. Meski begitu, kita masih bisa melihat dengan jelas suasana daro luar, bahkan batu-batunya pun terlihat cukup jelas. Tapi, ya tetap saja kurang dapat suasananya. Hehe. Namun, untuk Prasastinya aku bisa melihatnya secara langsung, karena lokasinya bisa diakses dan juga ada penjaganya.Â
Prasasti Batu Bedil: Sebuah Jejak Spiritual Masa Lalu
Tak jauh dari situs megalitik ini, sekitar 100 meter ke arah barat, terdapat sebuah prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Batu Bedil.Â
Menurut informasi dari penjaga situs, prasasti ini dituliskan di atas batu setinggi sekitar 157 cm dan lebar 72 cm. Terdapat sepuluh baris tulisan berukuran sekitar 5 cm, ditulis dalam aksara Jawa Kuna yang menggunakan bahasa Sansekerta. Tulisan dibingkai dan di bagian bawahnya terdapat ukiran berbentuk padma atau bunga teratai. Meski beberapa huruf sudah aus, baris pertama masih bisa dibaca "Namo Bhagawate" dan baris terakhir "Swaha"---dua frasa yang biasanya muncul dalam mantra.
Dari analisis paleografi, prasasti ini diperkirakan berasal dari akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10 Masehi. Hal ini menegaskan bahwa situs Batu Bedil bukan hanya penting dalam konteks budaya megalitik, tapi juga dalam konteks perkembangan kepercayaan dan spiritualitas di masa lampau.
Refleksi Perjalanan: Antara Tugas dan Kesadaran Budaya
Perjalanan ke situs ini bukan hanya sekadar "mampir" setelah kerja. Ini semacam pengingat bahwa di balik rutinitas pekerjaan, ada cerita-cerita besar yang hidup di sekitar kita. Terkadang, kita terlalu fokus pada target dan tugas, sampai lupa kalau tempat yang kita pijak mungkin menyimpan sejarah panjang yang layak dikenali.
Situs Batu Bedil adalah warisan budaya yang penting. Tak hanya menjadi objek wisata sejarah, tapi juga sarana belajar tentang bagaimana peradaban kita terbentuk---tentang bagaimana masyarakat dulu hidup, mempercayai sesuatu, dan meninggalkan jejaknya lewat batu-batu yang mereka dirikan.
Pesan untuk Pembaca
Jika kamu sedang atau akan berada di Tanggamus, tepatnya di daerah Talang Padang dan sekitarnya, sempatkan untuk mengunjungi Situs Batu Bedil. Tak perlu bayar tiket, tak perlu ribet. Cukup datang dengan rasa ingin tahu dan rasa hormat pada tempat bersejarah ini.