Momen puasa ramadan memberikan banyak dampak dan manfaat bagi siapa saja yang menjalankannya. Tidak hanya manfaat bagi fisik semata, pun demikian bagi kesehatan mental. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh dr. Ita Fajria Tamim dalam pertemuan daring bersama Nahdlatul Ulama (NU) Online pada Kamis, (13/3).
Ada banyak manfaat puasa bagi kesehatan, terutama manfaat fisik. Dengan berpuasa tubuh mampu mendetoksifikasi semua racun-racun yang selama ini menumpuk di dalam tubuh, dari makanan-makanan yang dikonsumsi selama berbulan-bulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada bulan-bulan disaat kita tidak berpuasa - dari pagi hingga malam tubuh tidak berhenti mengkonsumsi apa saja, sehingga banyak sampah (toksin-toksin) menumpuk di dalamnya.Â
Momen ramadan selama satu bulan ini merupakan momen di mana tubuh kita melakukan detoksifikasi (membersihkan) tubuh dari racun yang menumpuk tersebut.
Selain itu, dengan berpuasa tubuh juga mampu melakukan regenerasi sel-sel. Hal ini sangat penting untuk menjaga tubuh dari berbagai penyakit seperti kanker, diabetes, dan lain sebagainya.
Dampak lain yang didapatkan dari berpuasa, tubuh mampu berfungsi dengan baik dalam menjaga daya tahannya. Pada saat berpuasa, sistem imun akan meningkat drastis. Hal ini terbukti bahwa dari penelitian yang dilakukan pada orang-orang yang berpuasa ditemukan adanya fungsi dari sel getah bening yang meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan pada saat tidak berpuasa. Sel getah bening ini berfungsi guna melindungi tubuh dari paparan penyakit, maupun bakteri dan kuman.
Manfaat Puasa Bagi Kesehatan Mental
Dalam forum daring tersebut, Dokter Ita Farjia Tamim juga menyinggung manfaat puasa bagi kesehatan mental. Diungkapkannya, bahwa dengan berpuasa terbukti dapat menurunkan kadar stres. Sebab ketika dalam kondisi berpuasa, otak yang biasanya menghasilkan hormon stres seperti kortisol akan menurun, sehingga kondisi stres bisa dengan mudah dikendalikan.
Ketika berpuasa juga kita dapat mengontrol diri menjadi lebih baik. Sebab ketika berpuasa kita diharuskan menjaga diri dari makan, minum, marah, dan lainnya. Hal ini juga dinilai dapat turut menjadi diri dari risiko rusaknya kesehatan mental.
Dengan berpuasa juga dapat menurunkan risiko depresi pada diri, karena puasa dapat membantu meningkatkan produksi protein yang mendukung perkembangan saraf, serta mengurangi kecemasan dan depresi.Â
Ketika berpuasa juga sel-sel otak yang sehat akan mengkonsumsi autofagi (sel otak yang rusak), ini berfungsi untuk mencegah sel-sel otak dari mengalami pikun atau dimensi.