Usai pulang shalat tarawih di masjid, tiba-tiba Papa masuk ke kamarku dengan wajah yang tak biasa. Gelagatnya pun berbeda dari biasanya, sebab Papa jarang masuk ke kamarku kecuali ada perlu, itu pun beliau biasanya ketuk pintu dulu sebelum masuk.
"Ada apa Pa?"Â Tanyaku sembari mengingat-ingat apakah ada kesalahan yang aku lakukan.
Ku pandangi wajah Papa yang lelah, lalu ia tersenyum menahan tawa. -Â "Bantu Papa ya kak," sebuah kalimat akhirnya berhasil aku dengar dari bibir Papa. "Papa difitnah."
"Maksudnya gimana? Aku nggak salah dengar kan, siapa yang memfitnah Papa dan sebab apa?" Jawabku penuh tanya.
"Intinya ada yang fitnah Papa, masih satu organisasi. Satu-satunya cara agar dia berhenti melakukan fitnah itu ya dengan wirid, Papa capek ladenin dia, yang ada dia makin aneh."
"Apa yang bisa aku bantu," jawabku. Sejauh ini aku paham kondisi yang sedang Papa alami, ternyata kabar burung yang aku dengar itu benar.Â
"Baca Surah An-Nass seribu kali, khususkan untuk orang yang memfitnah Papa."
"Oke. Bisa," tutur ku, tanpa banyak tanya lagi aku nyatakan siap membantu, selama ini Papa juga banyak membantu urusanku.
Malam itu usai tadarus Al-Qur'an aku langsung tancap gas melalukan apa yang Papa pinta. Di atas sajadah berwarna merah biru pemberian seorang santri ketika aku dan Papa ada kegiatan di salah satu pesantren.
Dalam perbincangan bersama Papa, ada tiga orang yang memfitnah beliau dengan cara memprovokasi anggota organisasi dan menyebar isu tidak benar. Namun, hanya satu nama yang Papa sebut, dia lah sebagai pelaku utama dan wirid surah An-Nass itu ditujukan kepadanya dengan harapan agar Allah membuka hati orang tersebut, juga meminta pertolongan Allah.