"Tulis aja Def, gimana pun nggak menariknya cerita lo, gue tetap mau bacanya, tetap gue tunggu-tunggu balesan email dari lo."
And it just warms my heart, kata-kata Alina barusan yang langsung gue artikan dengan "I don't care about your story Def, All I care is you. Gue cuma mau tau kalau kabar lo baik-baik aja". semoga aku nggak kepedean.
(Sebelumnya: Takkan Terganti (Eps.2))
Ngobrol bareng Alina dan ibunya sore itu membuatku pulang ke rumah di saat adzan maghrib berkumandang. Suara dari pintu yang sedang dibuka agak mengejutkanku ketika aku tiba di lantai dua rumahku. Ternyata itu Diffin, dengan wajahnya yang basah karena air Wudu dan juga sedikit terkejut melihatku yang tiba-tiba muncul saat dia keluar dari kamar mandi.
"Eh, bang!" sapanya lebih dulu. "jam berapa lo tadi sampe rumah?" tanyanya sambil menyalam tanganku lalu memelukku beberapa detik.
"Tadi siang, sekitar jam dua gitu deh kayaknya. Lo jam berapa sampe rumah?" ujarku menanyakan pertanyaan yang sama.
"Tadi jam empat gue udah sampe rumah bang, langsung buru-buru pulang gue hari ini karna tau lo pasti udah sampe rumah. Eh, pas gue tadi nyampe rumah, lo malah nggak ada. Langsung ziarah ke makam ibuk tadi bang? Kok lama banget?"
"Iya, mampir bentar tadi di rumahnya Alina, terus ngobrol juga ama tante Lira."
"Ohh.."ujarnya sambil manggut-manggut
"Bi Imah udah pulang ya?"
"Ya udahlah bang, udah dari tadi"