Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Usaha yang Memberdayakan Sesama

29 Desember 2020   16:46 Diperbarui: 5 Desember 2022   15:16 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prospek usaha perhiasan ke depannya akan tetap ada selama manusia terutama wanita belum punah di muka bumi ini. (foto dokumentasi pribadi)

Mulanya Faishal tidak mengerti. Ia memacu dirinya belajar ke banyak perajin perhiasan. “Saya terpikir, usaha seperti ini belum ada di Kota Malang,” tutur Faishal dengan mata berbinar-binar.

Berbekal uang hasil kerja serabutan Faishal pulang ke Malang. Di tengah kebingungan memulai usaha yang baru dengan ketiadaan modal, ia melangkahkan kaki ke perajin perhiasan di Kota Malang. “Saya menawarkan kerja sama. Ia mengerjakan pesanan sementara saya mencari customer,” kata Faishal yang membuka Silver 999 pada 16 April 2009.

Bermodalkan uang Rp 30 ribu, Faishal membuat kartu nama. Sisa uang Rp 20 ribu digunakan untuk menyusun katalog. Sejumlah foto dikumpulkan dari internet dan diberi kode. “Saya harus mencari pasar ibu-ibu menengah ke atas yang menyukai perhiasan,” kata Faishal.

Faishal Arifin bersyukur atas pelajaran hidup yang dirasakannya selama menjalani usaha dari satu bidang ke bidang lainnya. (foto dokumentasi pribadi)
Faishal Arifin bersyukur atas pelajaran hidup yang dirasakannya selama menjalani usaha dari satu bidang ke bidang lainnya. (foto dokumentasi pribadi)
Mengandalkan kartu nama dan katalog, Faishal menawarkan jasa membuat perhiasan ke instansi pemerintahan. Seorang ibu tertarik. “Ketika diminta uang muka ibu itu khawatir adanya penipuan. Saya tunjukkan kesamaan nama di kartu nama dan KTP untuk meyakinkannya,” ujar Faishal.

Uang muka itu lantas dipakai Faishal untuk membeli bahan baku. Satu minggu kemudian pesanan selesai dikerjakan. Pesanan yang memuaskan nyatanya semakin melancarkan usaha Faisal. Ibu itu mempromosikannya ke ibu lain dari mulut ke mulut. Faishal pun mendapat banyak pesanan.

Pesanan yang datang silih berganti membuat Faishal memutar otak. Ia menawarkan sistem pembayaran bulanan kepada perajin perhiasan. Dengan demikian sebagian uang bisa dimanfaatkan untuk pos lainnya. Manajemen itu ternyata berhasil dijalankan.

Pemberdayaan Perajin  

Seiring berjalannya waktu Faishal diajak instansi pemerintahan untuk memamerkan perhiasan karyanya ke tamu dari Afrika. Tamu itu menyambut baik dan menjadi buyer pertamanya. “Ekspor yang membutuhkan keberlangsungan memacu saya untuk melakukan regenerasi perajin,” kata Faishal.

Faishal sempat mencari SMK perhiasan. Namun kompetensi lulusannya belum mencukupi. “Saya belum punya modal untuk menampung perajin di workshop yang besar,” kata Faishal.

Terlintas di benak Faishal untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat di desa. Mereka difasilitasi peralatan dan bahan baku. Uji coba diadakan di Kota Batu.

Desa adalah masa depan, berbeda halnya dengan kota yang tak ubahnya etalase. (foto dokumentasi pribadi)
Desa adalah masa depan, berbeda halnya dengan kota yang tak ubahnya etalase. (foto dokumentasi pribadi)
Masyarakat merespon dengan baik. Perlahan-lahan mereka mengerjakan pesanan. “Ada yang berlanjut, ada yang mundur tapi kami terus memberikan pekerjaan,” kata Faishal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun