Mohon tunggu...
Claresta Queena Nuri
Claresta Queena Nuri Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi UMM

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Diagnose, Boleh Nggak Sih?

29 September 2021   23:37 Diperbarui: 29 September 2021   23:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melakukan self-diagnose bisa jadi terdapat gangguan lain yang malah tidak terdeteksi oleh kita. Seperti penyakit atau gejala yang kita alami lebih parah daripada yang kita duga, tetepi kita malah menyepelekan hal tersebut, yang menyebabkan tertundanya pengobatan.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang lebih memilih melakukan self-diagnose ketimbang berkonsultasi kepada dokter, psikolog, atau tenaga ahli lainnya.

Menggunakan mesin pencari Google (internet) dianggap lebih cepat dan lebih mudah disesusaikan yaitu, kemampuan untuk memasukkan gejala secara bebas di mesin pencari daripada pemeriksa gejala. (Aboueid, Meyer, Wallace, Mahajan, & Chaurasia, 2020). 

Kutipan tersebut membuktikan bahwa, orang-orang kini lebih menyukai sesuatu yang simpel. Mengakses internet dari rumah, atau dari manapun mereka berada terdengar lebih mudah dibandingkan harus menghubungi dokter yang mengharuskan mereka untuk membuat janji terlebih dahulu. 

Banyak pasien yang lebih untuk mempercayai informasi yang ada di internet. Alasannya adalah mereka takut pada apa yang dikatakan dokter mengenai keluhannya. Mereka takut jika ternyata keluhannya merupakan gejala dari suatu penyakit yang buruk. Alasan lainnya adalah kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter yang akan menanganinya atau yang telah menanganinya pada kasus yang berbeda (Kim & Kim, 2009).

Zaman boleh maju, tetapi kita juga harus bijak. Jangan terlena dengan nikmat kemudahan yang diberikan. Untuk mengurangi atau bahkan meniadakan self-diagnose, kalian bisa langsung mendatangi dokter, atau mengakses konsultasi online official.

Ingat ya! Jangan mengandalkan self-diagnose berlebihan. Lakukan sebatas bentuk kewasapadaan lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut dengan tenaga ahli. Jangan mengambil resiko ya teman-teman.

Claresta Queena Nuri

202110230311215

Daftar pustaka  

Nadya, R. A. P. (2019, Desember 26). Mental Illness : Boleh Gak Sih Kita Self-Diagnose?.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun