Mohon tunggu...
Citra Munggaran Yusup
Citra Munggaran Yusup Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa S1 Bisnis Digital di Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Complexity, Predictability & Flow Dalam Agile dan Scrum

23 September 2025   16:30 Diperbarui: 23 September 2025   16:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Agile dan Scrum Dalam Ilmu Manajemen

Dalam dunia pengembangan produk digital, terutama perangkat lunak, istilah Agile dan Scrum sudah tidak asing lagi. Kedua pendekatan ini banyak dipilih karena mampu membantu tim menghadapi tantangan yang penuh ketidakpastian, sekaligus menjaga kualitas hasil kerja. Namun, agar benar-benar efektif, ada tiga konsep kunci yang perlu dipahami secara mendalam, yaitu Complexity, Predictability, dan Flow.

Pengertian Complexity, Predictability & Flow Dalam Agile dan Scrum

1. Complexity: Menghadapi Kerumitan Dunia Nyata

Dalam dunia yang semakin cepat berubah, kompleksitas sudah menjadi hal yang lumrah. Misalnya, kebutuhan pengguna bisa berubah hanya dalam hitungan minggu, kompetitor bisa meluncurkan fitur baru secara tiba-tiba, atau kebijakan pemerintah bisa memengaruhi arah produk.

Dave Snowden melalui Cynefin Framework (2007) membagi masalah menjadi sederhana, rumit, kompleks, dan kacau. Dalam ranah kompleks, hubungan sebab-akibat tidak bisa langsung diprediksi. Contoh sederhana: fitur baru yang dirilis tim pengembang bisa disambut baik, tapi bisa juga memunculkan masalah yang sebelumnya tak pernah terbayangkan.

Dalam konteks Scrum, kompleksitas ditangani dengan:

  • Iterasi pendek (sprint), biasanya 1–4 minggu, sehingga tim bisa belajar cepat.

  • Feedback berkelanjutan, baik dari pengguna maupun stakeholder.

  • Eksperimen dan adaptasi, alih-alih rencana jangka panjang yang kaku.

Dengan kata lain, Agile dan Scrum mengakui bahwa kompleksitas tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dikelola melalui pendekatan iteratif dan adaptif.

2. Predictability: Menciptakan Kepastian dalam Ketidakpastian

Meski bekerja dalam situasi kompleks, sebuah tim tetap membutuhkan tingkat kepastian tertentu agar bisa berjalan stabil. Di sinilah konsep predictability atau prediktabilitas menjadi penting.

Predictability dalam Scrum terbangun melalui:

  • Time-boxing: setiap sprint memiliki durasi tetap, sehingga semua pihak tahu kapan hasil akan terlihat.

  • Sprint Planning: menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis dan terukur.

  • Daily Scrum: memastikan kemajuan tetap sejalan dengan tujuan sprint.

  • Sprint Review & Retrospective: memvalidasi hasil sekaligus mengevaluasi proses untuk prediksi yang lebih baik di sprint berikutnya.

Menurut Schwaber & Sutherland dalam The Scrum Guide (2020), konsistensi ritme kerja (cadence) membuat tim dan stakeholder lebih mudah memahami kapasitas tim. Dengan begitu, meski lingkungannya tidak pasti, hasil kerja tim bisa lebih dapat diprediksi.

3. Flow: Menjaga Arus Kerja yang Lancar

ika kompleksitas adalah realitas, dan prediktabilitas adalah pegangan, maka flow adalah aliran kerja yang memastikan keduanya bisa berjalan tanpa tersendat.

Flow dalam Agile berarti pekerjaan bisa bergerak dari backlog → dikerjakan → selesai dengan lancar, tanpa banyak hambatan. Prinsip flow ini banyak dipengaruhi oleh filosofi Lean dan Kanban.

Beberapa praktik untuk menjaga flow:

  • Batasi Work in Progress (WIP) agar tim tidak menumpuk terlalu banyak pekerjaan sekaligus.

  • Kurangi multitasking yang sering menghambat fokus dan menurunkan kualitas.

  • Hilangkan bottleneck dengan identifikasi hambatan sejak awal.

  • Continuous delivery, sehingga nilai produk bisa cepat dirasakan pengguna.

Ketika flow terjaga, tim bisa bekerja dengan ritme yang stabil, mengurangi stres, dan tetap produktif dalam jangka panjang.

Hubungan Antara Complexity, Predictability & Flow

Ketiga konsep ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling terhubung:

  • Complexity menuntut tim untuk tidak hanya merencanakan, tetapi juga mampu beradaptasi.

  • Predictability memberi kerangka kerja dan ritme yang konsisten agar tim tidak kehilangan arah.

  • Flow memastikan bahwa adaptasi dan ritme tersebut bisa berjalan lancar, tanpa hambatan yang menghambat pencapaian tujuan.

Bayangkan sebuah tim pengembangan aplikasi. Mereka menghadapi kompleksitas dari kebutuhan pasar yang berubah-ubah. Melalui Scrum, mereka membuat rencana jangka pendek yang jelas untuk menjaga predictability. Selama sprint, mereka memastikan pekerjaan mengalir lancar dari backlog hingga rilis kecil melalui praktik flow. Ketiganya bekerja seperti roda gigi yang saling menggerakkan.

Mengapa Penting untuk Organisasi?

Banyak organisasi mengadopsi Agile hanya sebagai formalitas, tanpa memahami makna di balik praktiknya. Padahal, memahami complexity, predictability, dan flow akan membantu organisasi untuk:

  • Menghadapi ketidakpastian pasar dengan lebih tangkas.

  • Meningkatkan kepuasan pelanggan karena mampu merespons kebutuhan dengan cepat.

  • Membangun budaya tim yang sehat, karena pekerjaan mengalir lancar dan tidak membebani.

  • Mencapai keberlanjutan (sustainable pace), yang menjadi salah satu prinsip Agile.

Organisasi yang sukses mengimplementasikan Agile dan Scrum bukanlah yang sekadar menjalankan ritual sprint atau daily stand-up, melainkan yang benar-benar memahami filosofi di balik complexity, predictability, dan flow.

Dengan memahami dan mengintegrasikan ketiganya, Agile dan Scrum bukan sekadar metode kerja, melainkan fondasi yang membantu organisasi bertransformasi lebih tangkas dan berdaya saing.

Referensi

  1. Snowden, D. J., & Boone, M. E. (2007). A Leader’s Framework for Decision Making. Harvard Business Review.

  2. Schwaber, K., & Sutherland, J. (2020). The Scrum Guide: The Definitive Guide to Scrum: The Rules of the Game. Scrum.org.

  3. Anderson, D. J. (2010). Kanban: Successful Evolutionary Change for Your Technology Business. Blue Hole Press.

  4. Poppendieck, M., & Poppendieck, T. (2003). Lean Software Development: An Agile Toolkit. Addison-Wesley.

  5. Denning, S. (2018). The Age of Agile: How Smart Companies Are Transforming the Way Work Gets Done. AMACOM.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun