Time-boxing: setiap sprint memiliki durasi tetap, sehingga semua pihak tahu kapan hasil akan terlihat.
Sprint Planning: menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis dan terukur.
Daily Scrum: memastikan kemajuan tetap sejalan dengan tujuan sprint.
Sprint Review & Retrospective: memvalidasi hasil sekaligus mengevaluasi proses untuk prediksi yang lebih baik di sprint berikutnya.
Menurut Schwaber & Sutherland dalam The Scrum Guide (2020), konsistensi ritme kerja (cadence) membuat tim dan stakeholder lebih mudah memahami kapasitas tim. Dengan begitu, meski lingkungannya tidak pasti, hasil kerja tim bisa lebih dapat diprediksi.
3. Flow: Menjaga Arus Kerja yang Lancar
ika kompleksitas adalah realitas, dan prediktabilitas adalah pegangan, maka flow adalah aliran kerja yang memastikan keduanya bisa berjalan tanpa tersendat.
Flow dalam Agile berarti pekerjaan bisa bergerak dari backlog → dikerjakan → selesai dengan lancar, tanpa banyak hambatan. Prinsip flow ini banyak dipengaruhi oleh filosofi Lean dan Kanban.
Beberapa praktik untuk menjaga flow:
Batasi Work in Progress (WIP) agar tim tidak menumpuk terlalu banyak pekerjaan sekaligus.
Kurangi multitasking yang sering menghambat fokus dan menurunkan kualitas.
Hilangkan bottleneck dengan identifikasi hambatan sejak awal.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!