Hebatnya, relief-relief tersebut masih bisa direkonstruksi bersama komponen kaki dan tubuh candi, sehingga ketika berada di lokasi, kesan indah pada atap candi sangat terasa.
3) Nilai Religi
Sebelum agama Hindu masuk ke Nusantara, masyarakat telah mengenal sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan tersebut diwujudkan dalam bentuk bangunan batu besar (megalithicum) yang difungsikan untuk memakamkan jasad nenek moyang di atas bangunan.
Candi Gebang menunjukkan adanya sistem kepercayaan baru yang berasal dari India, yaitu konsep dewa Trimurti dengan penekanan pada Dewa Siwa.
Dengan demikian, Candi Gebang menjadi bukti perkembangan agama Hindu di wilayah Yogyakarta pada abad VIII M.
Pada masa itu, agama Hindu telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Yogyakarta dan Magelang.
Candi Gebang dan Candi Gunung Wukir menjadi bukti arkeologis kehadiran agama tersebut, ditambah dengan Candi Selogriyo dan Candi Losari di Magelang yang juga diduga dibangun pada masa Sanjaya.
Candi Gebang tampaknya menjadi satu-satunya candi Hindu tertua di Yogyakarta yang berhasil direkonstruksi.
Dengan demikian, postur candi dari kaki, tubuh, hingga atap masih dapat diamati secara seksama.
Padahal, di tempat lain, peninggalan sezaman umumnya hanya menyisakan reruntuhan.