Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mencermati 4 Klasifikasi Belenggu Jiwa yang Menghalangi Seseorang Raih Predikat Takwa

2 April 2022   07:18 Diperbarui: 2 April 2022   07:28 3297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://portalmadura.com

Takwa merupakan zona akhir yang akan diraih oleh setiap perjalanan ibadah. Secara khusus pada bulan Ramadhan. Perjalanan akhir adalah upaya meraih predikat takwa. Maka takwa menjadi penentu keberhasilan perjalanan ibadah seorang hamba.

Allah SWT mendesain agar orang beriman menjadi orang bertakwa melalui proses panjang di bulan Ramadhan. Pendek kata melalui puasa bulan Ramadhan orang yang sudah mempunyai "iman" masih diasah agar bisa menjadi orang yang bertakwa. Dengan kata lain puasa Ramadhan menjadi sarana untuk mengantarkan pelakunya menjadi orang yang bertakwa.  Oleh sebab itu seseorang yang berhasil mencapai predikat takwa ia menjadi orang pilihan, orang istimewa dan orang yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Takwa adalah kondisi jiwa seseorang yang ditandai kemampuan mengontrol diri dari hal-hal yang tidak dibenarkan. Maka parameter takwa akan dapat dilihat pada ucapan, perilaku dan tindakan yang dilakukan. Oleh sebab itu menjadi orang yang bertakwa pasti melalui proses yang terus menerus dan memerlukan waktu yang panjang.

Dalam proses tersebut, seseorang harus mampu menghilangkan belenggu-belenggu jiwa yang akan menghalangi ketakwaannya. Puasa bulan Ramadhan menjadi salah satu jalan ibadah yang sangat ideal yang diberikan Allah SWT kepada orang yang beriman agar menjadi orang yang bertakwa. Melalui puasa Ramadhan ini orang yang beriman diharapkan mampu melahirkan jiwa yang "enerjial." Suatu jiwa yang mampu mengalirkan getaran-getaran kehidupan yang didasarkan pada nilai-nilai ilahiah.


4 Belenggu Jiwa Penghalang Takwa

Jiwa manusia pada dasarnya baik, suci, benar, bersih. Namun akibat persepsi tentang simbol-simbol kehidupan yang kurang bahkan tidak tepat sehingga berpengaruh pada jiwanya. Terdapat banyak hal yang mengotori jiwa sehingga menjadi belenggu jiwa dalam meraih predikat takwa. Agus Mustofa (2006) mengelompokkan belenggu jiwa menjadi empat:

a) Kelompok 1:  Riya', ujub dan sombong

Riya' adalah sikap seseorang yang ingin dipuji orang lain ketika melakukan sesuatu kebaikan. Ujub adalah sikap seseorang yang membanggakan dirinya. Sombong adalah sikap yang merasa dirinya lebih (hebat, terkenal, pintar, tinggi statusnya, kaya,dll) dibanding orang lain. Biasanya orang yang sombong akan diawali dengan sikap bangga diri (ujub) selanjutnya pamer diri untuk dipuji (Riya'). Pujian-pujian yang diperoleh dari orang lain ketika tidak dikelola dengan baik, seseorang bisa terjebak pada sikap sombong.

Riya', ujub dan sombong menjadi satu rumpun sebab mempunyai kesamaan karakteristik dalam implementasinya. Seseorang yang riya' biasanya juga ujub dan menyombongkan diri. Ketiganya hakikinya menjadi penyakit dalam jiwa seseorang. Namun di masyarakat sering kita lihat malah dijadikan sebagai identitas diri, kebanggaan diri bahkan dijadikan modus untuk memperoleh pupularitas diri.

Oleh sebab itu riya', ujub dan sombong akan menjadi belenggu jiwa yang dapat menghalangi seseorang meraih predikat takwa. Sebab takwa tidak mungkin akan diperoleh dengan sikap seseorang yang ingin dupuji kebaikannya oleh orang lain, takwa juga tidak mungkin bisa diraih dengan sikap yang senang membangga-banggakan dirinya, bahkan dengan sikap yang sombong (menganggap dirinya lebih dibandingkan orang lain).

b) Kelompok 2: Pemarah, dendam dan benci

Pemarah adalah orang yang senangnya marah. Dendam adalah sikap seseorang yang menginginkan menyakiti orang lain yang pernah menyakiti dirinya.  Dendam merupakan salah satu bentuk kemarahan yang terpendam. Sedangkan benci adalah sikap seseorang yang tidak senang melihat orang lain mendapatkan kebaikan.

Pemarah adalah orang yang mempunyai kebiasaan marah. Maka pemarah adalah orang yang tidak dapat mengendalikan diri ketika mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau yang dikehendaki. Seseorang marah itu manusiawi, tetapi seorang penjadi pemarah itu akan menjadi belenggu jiwa. Sebab pemarah adalah orang yang mengalami kegagalan dalam mengelola emosi yang sedang mengalami gangguan.

Pemarah biasanya mendorong orang mempunya sikap dendam. Pada giliranya mendorong seseorang mempunyai sikap membenci kepada orang lain yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Maka pemarah, dendam dan benci adalah salah satu rumpun yang menjadi belenggu jiwa yang akan menghalangi seseorang meraih predikat takwa. Mengapa? Sebab takwa hanya dapat diraih oleh orang yang mau memaafkan salah dan khilaf orang lain, menyadari bahwa setiap diri manusia mempunyai kesalahan. Sehingga manusia tidak dibenarkan mempunyai perasaan dendam dan membenci orang lain. Sebab diri kita juga mempunyai sejuta alpa, khilaf dan dosa.

c) Kelompok 3: Serakah, iri dan dengki

Serakah adalah sifat berlebihan memiliki sesuatu. Iri adalah keinginan memiliki seperti yang dimiliki orang lain. Dengki adalah rasa iri yang dibarengi dengan kebencian. Benci melihat orang lain sukses.

Serakah, iri dan dengki mendorong manusia tidak mempunyai kepekaan terhadap orang lain. Sikap ini juga akan mengganggu harmoni dalam kehidupan bersama. Secara internal sikap ini mendorong manusia tidak pernah merasa puas terhadap apa yang sudah diberikan oleh Tuhan. Maka sikap ini akan membelenggu jiwa seseorang dalam meraih ketakwaan.

Sebab takwa akan bisa diraih oleh orang yang menyukuri nikmat yang sudah diterima, senang melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan. Orang yang serakah, iri dan dengki bukti orang tersebut lebih mengedepankan "aku-nya".

d) Kelompok 4: Pembohong dan penipu

Bohong adalah berkata tidak sesuai dengan kenyataannya. Maka pembohong adalah orang yang  kata hati dan ucapannya tidak sama. Menipu adalah sikap mengelabuhi orang lain agar percaya kepada apa yang diucapkan atau yang dilakukan. Maka penipu adalah orang yang mengelabuhi orang lain untuk menguntungkan diri sendiri.

Pembohong biasanya cenderung menjadi penipu. Rumpun sikap ini juga menjadi belenggu jiwa seseorang meraih predikat takwa. Sebab takwa hanya bisa diraih oleh orang yang bisa berkata jujur dan tidak memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya.

Ramadhan adalah bulan suci. Bulan yang di dalamnya diwajibkan berpuasa. Berpuasa adalah proses mengasah jiwa agar terbebas dari kotoran-kotoran jiwa yang berbahaya, sehingga bisa meraih predikat takwa. Maka orang yang berpuasa hendaknya sadar ada 4 kelompok belenggu jiwa yang bisa menjadi penghalang predikat takwa.

Buku bacaan: Agus Mustofa.2006.Dzikir Tauhid.PADMA.Sidoarjo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun