Mohon tunggu...
Cipta Wardaya
Cipta Wardaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesia itu indah.. Indonesia itu hebat.. Indonesia itu keren.. Banggalah menjadi jati diri Indonesia, kawan\r\n!\r\nwww.soulofcipta.blogspot.com \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara Mudah Jadi Pengusaha Lewat "Usaha Patungan"

15 Desember 2012   05:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:37 11107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sadarkah Anda bahwa selama ini kebanyakan diantara kita masyarakat Indonesia ini hanya menjadi “objek” dari sebuah sistem ekonomi yang kapitalis? Sadarkah Anda bahwa ternyata salah satu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terkemuka di Indonesia kini kepemilikan sahamnya berada di tangan asing? Dan yang lebih memalukan lagi ternyata perusahaan tersebut telah di beli oleh negara tetangga yang jumlah penduduknya amat sangat sedikit. Dan sadarkah Anda bahwa salah satu tambang emas yang Indonesia miliki dan konon merupakan yang terbesar di dunia itu pun dimiliki atau dikelola oleh asing? Coba renungkan kawan, lalu selama ini kita dimana?

Pantaslah saja negara kita ini kerap kali kalah bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya, yang nota bene jumlah penduduk mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan negara kita. Sampai-sampai hingga dalam ajang kompetisi sepak bola tingkat internasional pun negara kita selalu saja mesti menanggung malu. Besarnya jumlah penduduk (SDM) yang negara kita miliki ternyata belum berbanding lurus dengan tingkat perekonomian dan taraf hidup bangsa Indonesia. Lalu sebenarnya apa yang salah? Mungkinkah salah dalam pemberdayaan SDM yang ada? Entahlah!

Yang mesti kita sadari bersama ialah, kita bangsa Indonesia sekarang ini mau tidak mau mesti hidup dalam bayang-bayang sistem ekonomi kapitalis. Dalam sistem ekonomi kapitalis ini, kebanyakan kita selama ini hanya dijadikan sebagai objek para kaum kapitalis alias pemilik modal. Sederhananya, selama ini disadari atau tidak kita lebih sering menjadi konsumen atas barang produksi ataupun jasa yang ditawarkan oleh para kaum kapitalis. Lalu atas dasar modal yang mereka miliki itu, tentu para kaum kapitalis turut memegang kendali atas denyut perekonomian di negeri ini. Mereka pun memiliki hak dan kewenangan untuk menetapkan suatu kebijakan di perusahaan atau tempat usahanya. Termasuk yang amat miris kerap terjadi di beberapa wilayah perkotaan di negeri ini ialah, penggusuran warga masyarakat dengan dalih lokasinya akan ditertibkan agar lebih indah dan rapi, namun kenyataannya justru akan dibangun hotel ataupun mall modern.

Lalu dalam hal ini apakah kita mesti terus-menerus berteriak, menghujat dan menyalahkan para kaum kapitalis itu? Atau justru menyalahkan oknum penguasa yang selama ini terkadang terkesan berpihak kepada kaum pemilik modal? Tidak kawan! Sekarang ini bukan lagi waktunya kita terus-menerus menghujat, tanpa solusi nyata yang tentunya lebih cerdas. Yap, untuk melawan sistem kapitalis yang cenderung berpihak kepada kaum elite, maka kita semua juga mesti berbuat lebih cerdas dari apa yang mampu mereka lakukan. Ialah “sistem ekonomi berjamaah”, seperti yang telah dilakukan ustadz Yusuf Mansur melalui patungan usaha yang digagasnya. Menurut ustadz Yusuf Mansur, potensi persatuan umat Islam dengan jumlahnya yang begitu besar mesti kita berdayakan bersama melalui patungan usaha secara berjamaah.

Misalkan saja, Mr A ingin mendirikan swalayan yang lebih berbasis pada kesejahteraan umat. Ketika Mr A hanya seorang diri tentu akan sangat berat mewujudkan swalayan tersebut. Namun dengan konsep patungan usaha berjamaah, tentu tidak ada yang tidak mungkin. Misalkan setiap orang menanamkan modal Rp 300.000,-. Ada seribu orang saja itu sudah bisa untuk membangun sebuah swalayan yang oke. Dan semua orang berkesempatan memiliki saham dari swalayan tersebut, sekaligus menjadi pengusaha secara berjamaah.

Diharapkan melalui sistem patungan usaha berjamaah ini akan muncul ribuan bahkan jutaan pengusaha baru yang berbasiskan prinsip gotong royong. Ini tidak saja berlaku bagi kaum muslim semata, namun bagi seluruh masyarakat Indonesia yang inginkan sistem perekonomian yang lebih baik di negeri ini. Toh ternyata sistem patungan usaha berjamaah ini selaras dengan prinsip koperasi. Nah mari saatnya kita bersama menjadi subjek, lebih banyak memunculkan pengusaha-pengusaha baru yang berbasis kegotong-royongan di negeri ini. Demi membangun perekonomian dan taraf hidup masyarakat yang lebih berkeadilan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun