Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menunggu Waktunya Tiba

8 Agustus 2020   02:36 Diperbarui: 8 Agustus 2020   02:38 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by pixabay.com

JIka saja kejadian semi pembunuhan itu tidak terjadi. Entah apa yang akan terjadi. Ibu mendekapku kala itu.

"Semoga kamu cepat dapat penggantimu. Anak ibu yang paling ibu sayang harus buang waktu untuk laki-laki seperti itu. Insya Allah penggantimu akan jauh lebih baik."

Hanya bisa mengaminkan. Hingga akhirnya Rei datang menjadi pahlawan. Shalatnya tidak pernah terlewat. Puasa senin kamis rajin sekali dia melakukannya.

Tidak butuh waktu lama, tanpa buang waktu Rei langsung melamarku hanya dalam tempo tiga bulan dari perkenalan kami. Bukan taaruf, kelak peristiwa ini bernama Tak Arif.

Semua sudah ipersiapkan. Tepat satu bulan sebelum menikah, Rei membawaku ke rumah Eyangnya.

"Dru sudah dibawa keliling kemana saja?. Sudah bertemu Mama atau Papanya?. Semoga kalian langgeng ya, jangan seperti Mamanya, nikah dua kali."

Tak lama Opanya datang. Wajah kental jawa langsung aku kenali dari Opa. Walau pensiunan tentara, Opa rupanya kalah oleh kecantikan Oma. Opa yang berasal dari keluarga muslim taat rupanya memilih untuk tidak mau kehilangan Oma yang merupakan blasteran Manado dan Filipina.

"Rei, ini perempuan yang waktu itu kamu ajak menginap ya. Jadi juga kalian menikah. Opa senang mendengarnya."

Pertama kali menginjakkan kaki di rumah Oma. Kaget bukan kepalang.

Artinya, aku bukan satu-satunya perempuan yang dibawa ke rumah Oma. Menginap pula.

Seharusnya saat itu aku beranikan diri untuk mundur. Bodohnya aku, perjalanan terus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun