Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tangis Tak Pernah Habis

1 Agustus 2020   01:49 Diperbarui: 1 Agustus 2020   13:56 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by Pixabay.com

Aku kaget, bahkan sedikit melukai hatiku. Aku paham, sangat paham dengan hal ini. Aku memang bukan siapa-siapa Bram, namun kamu perlu tahu Bram bahwa kamu telah menyimpan banyak kenangan di hatiku.

"Hey, malah melamun. Jawab pertanyaanku!"
"Pertanyaan yang mana?"
"Kamu, siapa kamu berani atur-atur aku?"

"Aku temanmu. Teman kantormu. Ya sudah maaf, kalau kamu tersinggung."
"Kamu cemburu?"

"Dih, apa alasanku cemburu."
"Nah itu marah."
"Apa sih Bram, aku tidak marah, aku tidak cemburu. Paham?"
"Nah itu sewot."

Duh, salah aku.
Kupergi tinggalkan Bram.

"Duduk!"

"Tidak mau."
"Duduk, aku bilang!"

"Siapa kamu, atur-atur aku untuk duduk?"
"Aku, lelakimu."
"Eh, kalau waktunya minum obat makanya jangan telat."

"Iya aku telat. Aku telat bertemu kamu. Aku telat menemukan kamu. Aku telat menyadari sayangku untuk kamu."

Kupalingkan wajahku.

Bram pindahkan posisi duduknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun