Aku kaget, bahkan sedikit melukai hatiku. Aku paham, sangat paham dengan hal ini. Aku memang bukan siapa-siapa Bram, namun kamu perlu tahu Bram bahwa kamu telah menyimpan banyak kenangan di hatiku.
"Hey, malah melamun. Jawab pertanyaanku!"
"Pertanyaan yang mana?"
"Kamu, siapa kamu berani atur-atur aku?"
"Aku temanmu. Teman kantormu. Ya sudah maaf, kalau kamu tersinggung."
"Kamu cemburu?"
"Dih, apa alasanku cemburu."
"Nah itu marah."
"Apa sih Bram, aku tidak marah, aku tidak cemburu. Paham?"
"Nah itu sewot."
Duh, salah aku.
Kupergi tinggalkan Bram.
"Duduk!"
"Tidak mau."
"Duduk, aku bilang!"
"Siapa kamu, atur-atur aku untuk duduk?"
"Aku, lelakimu."
"Eh, kalau waktunya minum obat makanya jangan telat."
"Iya aku telat. Aku telat bertemu kamu. Aku telat menemukan kamu. Aku telat menyadari sayangku untuk kamu."
Kupalingkan wajahku.
Bram pindahkan posisi duduknya.