Nayla membuka kemudian membanting lebih keras pintu kamarnya yang sudah mulai cacat.
Pak Sis terdiam. Tersayat hati Pak Sis dicap sebagai pembohong oleh Nayla.
Semua salah Pak Sis, seandainya saja Pak Sis tidak cuti hari itu, mungkin saat ini masih bekerja. Pemilik perusahaan melakukan PHK dalam waktu sekejap, yaitu "barang siapa yang tidak masuk hari itu, apapun alasannya maka akan diberhentikan  dengan terpaksa".
Pak Sis salah satunya.
Seandainya Pak Sis tidak lupa isi bensin, pasti motornya tidak mogok. Dan Pak Sis akan tiba tepat waktu di kantor, tak perlu mengambil cuti cuma sekadar menyelamatkan uang hadir yang tak seberapa itu.
Ah, nasib. Kenapa harus begini?.
Diambilnya jaket hitam di sudut jendela, tak lupa topi andalan Pak Sis.
"Mau kemana pak?"
"Sebentar, tidak sampai satu jam sudah sampai ke rumah.'
"Iya tapi mau kemana?"
"BIsa diam?". Pak Sis membentak Bu Is.
Bu Is tidak meneruskan pertanyaan, saat ini Pak Sis sedang kalut, kehilangan pekerjaan, di tolak anak sendiri untuk sekadar ngobrol ringan dan sesekali keluhan Bu Is soal isi dapur yang makin menipis.
Dinyalakannya Garam Filter dengan tergesa, berulang kali menggesek korek namun rupanya korek api Pak Sis sudah lembap, semalaman di simpan di saku celana yang digantungkan di belakang pintu kamar mandi.
"Buuuuuuk....kamu itu jadi istri begini ya?"
"Apa sih Pak?. Lah katanya mau berangkat tapi malah masih saja di situ."
"Ini, lihat korek Bapak!."