Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepatu untuk Nayla

1 Juni 2020   23:49 Diperbarui: 1 Juni 2020   23:56 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya, tak lama saat Pak Sis dicampakkan Nayla dan kemudian tinggalkan rumah untuk memaksakan membeli sepatu Nayla, Nayla jatuh pingsan.

Tepat saat membanting pintu, saat yang sama cermin hias yang di simpan di atas divan, ikut terjatuh, pecah berantakan.

Tanpa Nayla sadari, pecahan kaca berantakan di atas ranjang Nayla.

Nayla bantingkan badan di atas ranjang dengan posisi wajah menghadap ranjang. Tak dielakkan lagi wajah Nayla dipastikan dipenuhi recahan kaca dan ada satu bagian cermin yang menusuk perut Nayla, semakin lama semakin dalam melukai Nayla.

Nayla mengalami pendarahan hebat.

Ridwan nyawanya tak tertolong. Denyut nadi terhenti saat suster memeriksa Ridwan untuk dilakukan tindakan.

Nino kurang cepat membesut kecepatan motornya.

Lagi-lagi semua salah Pak Sis.

Iring-iringan jenazah memenuhi jalan kampung. Bu Is tak tampak, terlalu lemah untuk menyaksikan Nayla terakhir kalinya.

"Nay...Bapak sudah cape-cape belikan Sepatu Nayla. Kenapa kamu tidak sabar sayang?"

Satu persatu meninggalkan tempat terakhir Nayla dan Ridwan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun