Nah, dengan keinginan yang sederhana itu, dengan negara yang sebesar Indonesia yang memiliki atmosfir persepakbolaan yang begitu bergairah dengan segala sumber dayanya. Kok susah amat sih untuk membangun sebuah tim nasional yang bisa diandalkan.
Publik sepakbola kita masih terbelenggu dengan obsesi memiliki Timnas hebat, ketika menang langsung dipuja-puji setinggi langit, begitu kalah dihujat bukan kepalang.
Padahal tugas kita sebagai penggemar, ikuti saja prosesnya sambil terus memberikan dukungan positif baik saat berprestasi maupun saat sedang anjlok.
Begitu juga dengan pengurus Asosiasi, tidak bisa dipungkiri bahwa sampai sejauh ini PSSI itu masih diurus oleh orang-orang yang entah masih punya kepentingan "apa".
Entah kapan PSSI itu bisa diurus dan dijalankan oleh para profesional bola yang bisa merasakan denyut nadi dan mengerti jiwa dari sepakbola bola itu sendiri yang berbalut kebanggaan dan nasionalisme jika menyangkut tim nasional.
Sepakbola memang sebuah industri, sepakbola itu memang bisnis tetapi ia bukan barang jualan, yang bisa diselesaikan dengan proses transaksi. Sepakbola itu bernafaskan "bangga" yang menjadi harga diri bagi penggemarnya.
Seperti yang kita lihat dari betapa bangga dan militannya Aremania pada Arema-nya, Bonek pada Persebaya-nya, Bobotoh pada Persib-nya atau Maczman pada PSM-nya, serta para pendukung lainnya pada tim kesayangannya.
Okelah, di era terakhir ini, program naturalisasi pemain begitu gencarnya, setelah dimulai dengan naturalisasi pemain-pemain asal Afrika seperti Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Bio Paulin, Osas Saha, dan Amerika Latin seperti Christian Gonzales, Beto Gonsalves, Otavio Dutra dll.
Kemudian di kualifikasi Piala Dunia 2026 fokus naturalisasi kita beralih ke pemain-pemain keturunan yang terkesan jor-joran dan membuat beberapa pihak sepertinya tidak begitu sepakat dengan itu.
Tetapi it's okay, selagi itu untuk kepentingan Timnas yang bisa memberikan kebanggaan bahwa kita memiliki Timnas yang hebat yang bisa membawa kita ke Piala Dunia, publik sepakbola tanah air bisa menerima semuanya dengan bangga.
Begitu juga dengan pemain-pemain naturalisasi, mereka dengan bangganya berkostum Timnas dengan Garuda di dada. Mereka rela menukar kewarganegaraannya menjadi warga negara Indonesia yang stabilitas ekonomi dan politiknya  tentu tidak lebih baik dari negara mereka sebelumnya.