Dulu ketemu lawan, kita tantang singel alias satu lawan satu, dengan tangan kosong. Sekarang ngeri sudah pakai alat, main keroyokan lagi dan ini marak terjadi, ada apa dengan perangai anak sekolahan sekarang ini?
Kalau dipikir-pikir kondisi ini sebenarnya sudah darurat, salut dengan Kang Dedi gubernur Jawa Barat yang langsung bertindak dengan solusi barak militer terlepas dari pro kontra atas kebijakan tersebut.
Sampai sejauh ini belum ada langkah sistematis yang konkret yang serius dan komprehensif untuk mengatasi tawuran dan pembullyan oleh siswa. Langkah untuk menghilangkan segala macam bentuk tawuran dan pembullyan di sekolah ini merupakan bagian dari Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua.
Negara harus hadir, untuk memberikan jaminan pendidikan yang bermutu untuk seluruh rakyatnya, untuk menjadikan anak-anak kita menjadi generasi yang hebat. Tetapi bagaimana bisa hebat jika mentalitas tawuran dan bully masih ada di lingkungan pendidikan itu sendiri.
Heran saja, jaman sudah canggih tetapi perilaku primitif masih ada dan bahkan lebih beringas, apa yang terjadi? Meski anggaran pendidikan 20% dari anggaran belanja belum bisa terpenuhi, tetapi setidaknya sudah mendekati, itu sebenarnya sudah lebih dari cukup apalagi APBN setiap tahun juga semakin meningkat.
Tetapi sampai sejauh ini, yang menjadi persoalan terus dan terus saja adalah bangunan sekolah rusak (tidak layak), ruang kelas yang tidak cukup, guru honorer masih banyak, dan yang bikin meradang adalah kebijakan yang setiap ganti menteri pasti ganti kebijakan.
Dan jujur saja, masalah tawuran dan bully di sekolah ini hanya menjadi wacana kekhawatiran saja tanpa ada langkah konkret seperti langkah yang diambil oleh Pak KDM.
Tawuran dan bully, kalau mau jujur itu sudah menjadi momok bagi siswa maupun orang tua, bukan hanya takut anak-anak menjadi korban tawuran dan bully, tetapi khawatir jangan-jangan mereka menjadi bagian dari pelaku.
Pendidikan yang berkualitas itu merupakan modal bangsa, dan sekolah sudah harus menjadi ujung tombaknya sebagai kawah candradimuka pendidikan yang berkarakter, jangan menjadikan sekolah hanya seperti tempat kursus apalagi tempat les.
Oleh karena itu pemerintah harus peka dan tanggap atas semua Aspirasi Pendidikan Bermutu Untuk Semua. Meski pendidikan adalah bagian dari tanggungjawab keluarga (orang tua), masyarakat dan pemerintah.
Tetapi sekolah harus menjadi tempat representatif bagi siswanya untuk memperoleh kemampuan dan kesadaran penuh terhadap kehidupan dan tanggungjawab sosial mereka.