Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengalamanku 20 Tahun Lebih Jadi Ketua RT

15 Oktober 2021   22:54 Diperbarui: 18 Oktober 2021   06:01 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua RT mengurus KK penduduk | Sumber: Audia Natasha Putri via kompas.com

Ketua RT harus punya telinga yang tajam untuk mendengar adakah warga yang sakit dan butuh pertolongan. Jika sekarang ini hampir semua warga telah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tapi meski begitu, karena tidak punya uang di tangan mereka berat untuk pergi ke puskesmas atau ke rumah sakit. 

ilustrasi ketua RW | Sumber:  suryakepri.com
ilustrasi ketua RW | Sumber:  suryakepri.com

Di sinilah ketua RT harus mengambil peranan membantu mengatasi kesulitan warganya agar bisa mendapatkan perawatan.

Di zaman pemerintahan SBY, pengobatan masyarakat tidak mampu gratis tapi harus punya surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari RT. Dan terus terang kalau ada warga yang sakit dan tidak mampu berobat, saya buatkan SKTM dan harus segera berobat. 

Alhamdulillah hampir semua warga kurang mampu di lingkungan saya telah memiliki KIS, namun itu tidak diperoleh dengan mudah, RT harus bolak-balik bahkan sampai harus ribut di kelurahan agar data warga bisa terakomodir untuk terdata dan mendapatkan KIS. 

Hal ini tidak berbeda dengan bentuk bantuan-bantuan pemerintah lainnya, RT harus proaktif dan menyisihkan waktu untuk bolak-balik dan memastikan warganya terdata dan mendapatkan bantuan. Termasuk saat pandemi Covid ini, urusan perolehan bantuan untuk warga tetap harus diurus meski harus berhadapan dengan kekhawatiran tertular Covid-19. 

Urusan out the box ketua RT bukan berakhir sampai di situ saja, awal mula merintis pembukaan posyandu dengan fasilitas mulai dari nol, timbangan bayi masih pakai timbangan gantung pinjam dari penjual sembako, meja, kursi, tempat tidur milik pribadi. 

Dan untuk membawa dan mengajak ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang punya bayi untuk memeriksakan diri ke posyandu, ketua RT bersama tim harus datang dari pintu ke pintu untuk memanggil ke posyandu dan itu berlangsung berbulan-bulan bahkan tahunan. 

Namun syukurlah, sekarang bisa berkembang dan masih tetap eksis sampai dengan 20 tahun ini. Bahkan jika dahulu posyandu balita saja, kini posyandu lansia juga sudah ada.

Suka duka dan beratnya jadi RT belum berakhir juga sampai di situ, Anda belum merasakan dibangunkan tengah malam karena ada suami istri yang ribut, atau ada kelompok anak muda yang berantem karena mabuk. Atau Anda belum merasakan masih subuh tiba-tiba didatangin polisi yang melapor dan meminta menjadi saksi penggerebekan dan penangkapan pelaku narkoba. 

Atau Anda belum merasakan tengah malam dibangunkan orang yang mencari suaminya dan meminta izin untuk ditemani melakukan penggerebekan di salah satu tempat kost. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun