Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengalamanku 20 Tahun Lebih Jadi Ketua RT

15 Oktober 2021   22:54 Diperbarui: 18 Oktober 2021   06:01 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua RT mengurus KK penduduk | Sumber: Audia Natasha Putri via kompas.com

Selama 20 tahun lebih sebagai ketua RT, kalau tidak salah ingat baru 7 tahun belakangan ini, kami mendapatkan honorarium dari pemerintah daerah kami. 

Pertama kali terima honorarium sebesar Rp 300.000 per bulan yang diterima per triwulan. Baru 2 tahun lalu, naik menjadi Rp 400.000 per bulan dan awal tahun ini kembali dinaikkan menjadi Rp 500.000 per bulan. Dan perlu Anda ketahui, semua yang diterima ini mulai dari awal hingga kenaikan-kenaikannya adalah "realisasi janji kampanye."

Mungkin di daerah lain honor ketua RW/RT ada yang jauh lebih besar, tapi saya yakin banyak juga yang mungkin lebih kecil bahkan tidak ada. 

Di daerah saya, Kota Kendari terdapat lebih dari 1000 RW/RT tidak terlampau banyak tapi tetap menguras dana APBD, jadi untuk meningkatkan honor ketua RW/RT menjadi lebih layak akan sangat sulit terpenuhi. 

Bukannya menganggap remeh honor sebesar Rp 500.000 per bulan, tapi kadang pengeluaran untuk urusan-urusan warga harus mengeluarkan kocek sendiri dan nominalnya lebih dari jumlah honor yang diterima.

Nah sekarang kita berbicara tentang tugas ketua RT, namun sebelumnya saya mau sampaikan bahwa selama 20 tahun menjadi ketua RT saya tidak pernah menarik iuran dari warga untuk RT.

Iuran kas RT berasal dari kantong pribadi dan sumbangan warga yang "mampu" yang secara sukarela memberikan sumbangan saat pengurusan administrasi di RT. 

Segala bentuk pengurusan administrasi bebas biaya alias gratis, kecuali saat blanko atau formulir isian hampir habis, biasanya saya minta tolong untuk difotokopikan, dan mereka membayar biaya fotokopinya. Karena meskipun saya memberi biaya fotokopi, mereka pasti menolak menerimanya.

Hampir setiap hari ada saja warga yang butuh pengantar untuk urusan administrasi, mulai keterangan tidak mampu, izin usaha, KTP, Kartu Keluarga (KK), dan berbagai surat pengantar lainnya. 

Maaf di sini bukannya mau riya, tapi perlu saya tulis karena saya yakin di luar sana banyak saudara ketua RW/RT yang melakukan hal yang sama dengan saya atau bahkan mungkin lebih, yaitu jangankan meminta biaya administrasi, justru kami yang memberikan ongkos bagi warga yang akan berurusan, melihat dan mengingat kondisi mereka.

Mungkin jikalau RT di lingkungan-lingkungan elit tidak begitu bikin pusing, tapi di lingkungan saya yang terdiri dari warga yang sebagian besar tergolong berpenghasilan rendah hingga menengah, yang tingkat pendidikannya juga boleh dikata terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun