Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan sseseorang dalam pemenuhan kebutuhan pokok atau hidup, sehingga tidak mampu menjamin kelangsungan hidup mereka. Kebutuhan hidup meliputi kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan, papan, dan juga pendidikan.Â
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikatakan penduduk miskin adalah  penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Kabupaten Blitar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mengalami kasus kemiskinan.Â
Angka kemiskinan di Kabupaten Blitar sempat mengalami penurunan sejak tahun 2016-2019 dan mengalami kenaikan pada tahun 2020. Langkah untuk mengetahui angka kemiskinan dihitung berdasarkan sempel survei analisis tingkat kemiskinan dalam survey Sosial -- Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap dua tahun sekali.Â
Pengelompokan kemiskinan perlu dilakukan setiap tahunnya agar pemerintah dapat mengetahui langkah pencegahan agar kemiskinan tidak meningkat ataupun sebagai pemecahan masalah kemiskinan.
Kemiskinan adalah karakteristik variasi daerah masing-masing. Kemiskinan dapat dilihat berdasarkan ketidakmampuan sesedalam segi perekonomian untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan maupun bukan makanan yang dilihat atau diukur melalui pengeluaran. Faktor umum yang menyebabkan kemiskinan, seperti terjadinya bencana alam, letak geografis, akses pendidikan dan kesehatan, pembangunan infrastruktur, dan peluang ketenagakerjaan.Â
Penduduk di Kabupaten Blitar mengalami kenaikan sejak tahun 2018 hingga 2020. Pada tahun 2019 jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Blitar sebanyak 582.481 jiawa dan jumlah penduduk perempuan Kabupaten Blitar mencapai 350.287 jiwa. Kepadatan penduduk ini merupakan suatu permasalahan yang banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Blitar.Â
Dampak negatif yang sering dijumpai yaitu susah mencari peluang kerja, pengangguran meningkat, dan segala jenis kebutuhan fasilitas sosial juga meningkat.
Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blitar pada tahun 2003 hingga 2021
Secara umum, dalam periode 2003-2019 tingkat kemiskinan di Kabupaten Blitar cenderung mengalami penurunan, baik dari jumlah penduduk miskin maupun persentase penduduk miskin. Namun, pada tahun 2020 pada saat pandemi covid-19 mulai melanda di Indonesia, kemiskinan di Kabupaten Blitar kembali naik.Â
Dengan upaya maksimal yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangan covid-19 dan upaya dalam membantu masyarakat terdampak dengan berbagai macam bantuan dan stimulus, berhasil menekan laju kenaikan presentase jumlah penduduk miskin yang ada hingga tidak sampai menyentuh garis kemiskinan dua digit.
 Dalam kurun waktu delapan belas tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blitar berkurang sebesar 78,28 ribu jiwa, dari sebanyak 190,90 ribu jiwa pada tahun 2003 menjadi 112,62 ribu jiwa pada tahun 2021. Jika dilihat dari presentasenya berhasil turun dari sebesar 17,19 persen hingga menjadi berkurang -7,54 poin atau 9,65 persen pada tahun 2021.
Badan Pusat Statiska (BPS) menganalisa tingkat kemiskinan yang berdasakan hasil survey Sosial -- Ekonomi (Susenas) yang dilakukan tiap dua tahun sekali. Hasil pengukuran kemiskinan diambil dari sampel survey yang kurang merata karena tidak menghasilkan suatu ukuran pada tingkat terendah seperti kelurahan. Pengumpulan data diambil sesuai blok sensus (daerag kerja bagi petugas pecacah survey (BPS).
Selama periode Maret 2020 -- Maret 2021, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blitar bertambah sebanyak 4,08 ribu jiwa sehingga berjumlah 112,68 ribu jiwa dari 108,55 ribu jiwa pada Maret 2020 atau mengalami peningkatan sebesar 3,76 persen. Berdasarkan presentase penduduk miskin di Kabupaten Blitar dalam rentang waktu satu tahun tersebut telah mengalami peningkatan sebesar 3,43 persen dari 9,33 persen pada Maret 2020 Â hingga menjadi 9,65 persen pada Maret 2021.
Beberapa faktor yang terkait dengan kondisi kemiskinan di Kabupaten Blitar selama periode Maret 2021 antara lain :
a. Aktivitas perekonomian yang masih belum pulih sebagai dampak dari pandemi covid-19. Hal ini tercermin dari informasi pergerakan masyarakat di Kabupaten Blitar yang rata-rata masih -0,14 terhadap kondisi pada Februari 2020.
b. Dalam upaya mematuhi anjuran pemerintah dalam rangka pencegahan perluasan daerah yang terdampak covid-19, masyarakat di Kabupaten Blitar masih banyak berdiam diri di rumah. Kondisi ini tercermin dari informasi bahwa masih tingginya upaya berdiam diri atau tetap berdiri di satu lokasi masyarakat di Kabupaten Blitar yang rata-rata sebesar 0,24 terhadap kondisi Februari 2020.
Karakteriitik Kemiskinan di Kabupaten Blitar Pada Tahun 2021 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Karakteristik Sosial Demografi
- Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
Persentase rumah tangga miskin di Kabupaten Blitar dengan kepala rumah tangga berjenis kelamin laki-laki sebanyak 93,51 persen lebih tinggi dibandingkan rumah tangga miskin dengan kepala rumah tangga perempuan 6,49 persen.Â
Pola komposisi jenis kelamin kepala rumah tangga untuk rumah tangga tidak miskin relatif sama dengan rumah tangga miskin di Kabupaten Blitar, yaitu untuk kepala tumah tangga laki-laki 81,7 persen dan untuk kepala rumah tangga perempuan 18,3 persen.
- Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga
Rata-rata jumlah anggota rumah tangga untuk rumah tangga miskin di Kabupaten Blitar lebih banyak dari pada rumah tangga tidak miskin. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin 4,39 jiwa dan rumah tangga tidak miskin 3,25 jiwa.
- Rata-rata Umur Kepala Rumah Tangga
Rata-rata umur kepala rumah tangga untuk rumah tangga miskin yaitu 57,71 tahun, rata-rata tersebut lebih tua jika dibandingkan dengan rata-rata umur kepala rumah tangga tidak miskin yaitu 53,81 tahun.
Karakteristik Pendidikan
- Angka Partisipasi Sekolah Menurut Golongan Umur
Angka partisipasi sekolah penduduk miskin yang berumur 7-12 tahun  cukup tinggi yaitu 97,91 persen,  demikian pula tidak miskin berumur 7-12 yaitu yaitu 99,61 persen. Angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur 13-15 tahun yaitu 96,84 persen sedangkan untuk penduduk umur 13-15 tahun tidak miskin yaitu 99,76 persen.Â
Angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur 16-18 tahun lebih rendah yaitu 48,57 persen sedangkan angka partisipasi sekolah penduduk umur 16-18 tidak miskin yaittu 72,16 persen. Angka partisipasi sekolah penduduk miskin umur 19-24 tahun yaitu 4,64 persen yang lebih rendah dari angka partisipasi sekolah penduduk tidak miskin umur 19-24 tahun yaitu 22,05 persen.
Baik penduduk miskin maupun tidak miskin dapat disimpulkan bahwa semakin tua kelompok umur semakin kecil angka partisipasi sekolahnya. Ketimpangan pendidikan antara penduduk miskin dengan penduduk tidak miskin mulai terlihat pada kelompok umur 16 tahun ke atas.
Karakteristik Ketenagakerjaan
- Status Bekerja Penduduk
Sebagian besar penduduk miskin usia 15 tahun ke atas tidak bekerja mencapi rata-rata 41,21 persen, sedangkan penduduk tidak miskin usia 15 tahun ke atas sebagian besar bekerja di sektor informal rata-rata 43,08 persen.
- Status Pekerjaan Kepala Rumah Tangga
Status pekerjaan kepala rumah tangga dari rumah tangga miskin yaitu sebagian besar bekerja di sektor informal mencapai 59,66 persen, 20,12 persen di sektor formal, dan 20,22 persen tidak bekerja.Â
Demikian juga untuk rumah tangga tidak miskin yang sebagian besar kepala rumah tangga juga bekerja di sektor informal sebesar 62,59 persen, 26,5 persen bekerja di sekotor formal, dan 10,91 tidak bekerja. Perbedaan yang terlihat jelas adalah persentase kepala rumah tangga miskin yang tidak bekerja dua kali lipat dibandingkan dengan kepala rumah tangga miskin yang tidak bekerja.
- Sektor Lapangan Usaha Utama Kepala Rumah Tangga
Sebagian besar kepala rumah tangga miskin bekerja di sektor pertanian mencapai presentasi 65,71 persen. Demikian juga untuk rumah tangga tidak miskin, sebagian besar kepala rumah tangga juga bekerja di sektor pertanian dengan presentase 51,61 persen.
Karakteritik Perumahan
- Luas Lantai per Kapita
Rata-rata luas lantai perkapita untuk rumah tangga miskin di Kabupaten Blitar yaitu 22,80 meter persegi per kapita lebih kecil dibanding rumah tangga tidak miskin di Kabupaten Blitar yaitu 33,52 meter persegi per kapita. Hal ini menunjukan karakteristik rumah tangga miskin memiliki tingkat kepadatan rumah yang tinggi dibandingkan dengan rumah tangga tidak miskin.
- Layanan Sumber Air Minum Layak
Sebagian besar rumah tangga miskin memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak dengan persentase 93,14 persen yag tidak jauh dari persentase akses sumber air minum layak rumah tangga tidak miskin yaitu 93,34 persen.
- Layanan Sanitasi Layak
Sebagian besar rumah tangga miskin memilki akses terhadap layanan sanitasi yang layak dengan presentase 54,49 persen dan untuk rumah tangga tidak miskin sebagian besar juga memilki akses terhadap layanan sanitasi layak, namun dengan persentasi yang tentunya lebih besar yaitu 77,35 persen.
Karakteristik Bantuan Sosial
- Penerimaan BPNT atau Bantuan Sembako Pusat
Persentase rumah tangga miskin penerima BPNT/Sembako mencapai 30,66 persn. Sedangkan persentase untuk rumah tangga tidak miskin yang menerima BPNT/Sembako selama November 2020 hingga Februari 2021 mencapai 20,54 persen. Data ini mengindikasikan masih adanya inclusion error dan exclusion error dalam penyaluran bantuan sosial.
BAGAIMANA JIKA ADA MASYARAKAT MISKIN TIDAK MENDAPAT BANTUAN PEMERINTAH ATAU TIDAK TEPAT SASARAN? Â Â Â Â Â Â Â Â Â Pengumpulan dan penelitian ini mengundang peneliti untuk mengkaji data secara akurat agar pelaksanaan program bantuan sosial yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kabupaten Blitar merata, berguna, dan tentunya tepat sasaran. Yaitu dengan menerapkan metode Alogaritma K-Means Clustering, penggunaan metode ini bertujuan mengelompokkan data per kecamatan di Kabupaten Blitar yang tergolong masyrakat atau penduduk miskin
Prosedur K-Means dilakuakn dengan cara:
- Pentapan setiap kelompok.
- Mengalokasikan data pada setiap kelompok.
- Menghitung centroid di setiap kelompok yang sudah ditentukan di awal, letak centroid diperoleh dari nilai tengah atau mean dari data keseluruhan kelompok.
- Peruntukan tiap-tiap data ke centroid yang terdekat.
Permasalahan kemiskinan di dunia tidak bisa dihindarkan. Contohnya berada di Kabupaten Blitar, salah satu permasalahan kemiskinan semakin meningkat karena bantuan sosial tidak tepat sasaran, maka dari itu munculnya metode Alogaritma K-Means Clustering yang bertujuan untuk mendata masyarakat miskin secara lebih akurat.