Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kaulah Masa Depanku

10 Desember 2018   22:06 Diperbarui: 10 Desember 2018   22:12 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duhai pria tampan pujaan hati. Mengapa kau membisu dan terpaku. Tatapanmu lurus ke depan. Memandang tanpa berkedip. Terkejutkah kau melihatku di sini atau kau tak mengerti maksud kehadiranku. 

Gerakanmu lambat menghampiri. Kusungguh tak bisa menebak isi hatimu. Namun kuberharap kau membaca binar cinta dari mataku. 

Duduk di bawah rindangnya pohon mangga tak serta merta membuatku tenang. Berbicara berdua membuat debaran jantung semakin cepat. Bolehkan kuberharap rasa ini berbalas ataukah bakal seperti pungguk merindukan bulan. 

Tak banyak berkata-kata tapi langsung menyematkan cincin ke jariku. Inikah pertanda akan balasan perasaanku. Kau memintaku untuk menjadi masa depanmu. Kau bahkan memohon  pada ibu agar segera meminang karena takut kehilanganku. Akhirnya terjadi juga. Asam di darat, ikan di laut, bertemu di belanga. 

Bagaimana kudapat menolak permintaanmu ini karena aku sungguh mencintaimu. Mari kita raih masa depan yang bahagia dalam satu ikatan cinta. 

Nb :

- bagai pungguk merindukan bulan : mengharapkan sesuatu yang mustahil

- asam di darat, ikan di laut, bertemu di belanga : kalau sudah jodoh, pada akhirnya akan bertemu juga. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun