Mohon tunggu...
Christina Rumahlatu
Christina Rumahlatu Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Menulis untuk hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Burung Nasar Dan Kesunyian Suci

12 Desember 2020   01:52 Diperbarui: 21 Maret 2021   11:36 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Laksana seekor burung nasar memasuki masa berdiam diri, di dalam goa gelap dan sunyi ia bertelut melawan angkara murka manusia durjana dan berdamai dengan takdir. Hanya ada mazmur dan tekad menemani sang kesunyian yang suci  saat bentuk burung nasar tak lagi indah untuk pandangan mata yang angkuh.

Dalam gumul hebat sang burung nasar meruncing tekat juga mengasah hati, mesin-mesin jaman nun jauh di kelopak mata, suara merdu perempuan pemikul bakul membuka tabir langit.

Tetapi pada masa kesunyian itu datanglah suatu kehidupan yang baru dan murnih, di mana bulu-bulu baru yang tumbuh dengan megahnya, kuat laksana Gunung batu, indah dan menawan. Siap untuk menghadapi dunia dan terbang menatas angin hingga sang mimpi terbangun dari tidur dan cemoh berubah menjadi pujian.

Ya!!! "Hadapi tantangan Itulah esensi kehidupan yang membuat mu lebih bermartabat".

Karena bila saat itu lewat dan kita mulai di mekari lagi dengan semangat Kalvari, seka kembali air mata mu. 

Angkatlah wajah mu, jangan pernah menyerah. Kembali ke pos awal mu bawahlah kembali panji juang mu di tangan kiri dan kanan dan singsingkanlah lengan baju mu.


Pakai kasut perjuangan mu itu, kuakanlah tabir terai persembunyian mu. Tinggalkan kelemahan mu, tataplah ufuk timur fajar pengharapan mu bersihkanlah luka hati mu.

 Mohon Sang Pemberi membebat.

"Percayalah bahwa Semesta sedang mempersiapakan diri mu untuk semua yang telah kamu gumulkan".

Terbanglah tinggi seperti burung nasar, dengarkanlah siutan angin di kedua belah telinga mu. Bila engkau melihat gumpalan demi gumpalan awan berlari ke bawahmu maka sadarilah bahwa kamu sedang terbang jauh membumbung tinggi di angkasa bersama tekat mu.

Jadilah penentang angin dan juga penempuh ombak badai, karena itulah alasan kamu ada. Kamu buka pecundang ulung yang suka melarikan diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun