Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kado Buat Ibuku di Surga

22 Desember 2022   11:31 Diperbarui: 22 Desember 2022   11:33 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oil on canvas 40x60 @art.cahayu

Meski baru saja kusaksikan daun-daun tampak riang bermandikan sang surya, awan pun tetap saja timbul menenggelamkan hari itu dengan sungguh sempurna. Bagai cahaya mata perempuan yang lelah dan menatap sayu ke dalam keabadian, hilang sudah binarnya seperti kanak-kanak yang bernyanyi dengan merdeka.

Dan hari ini aku menarikan Tari Rantaya Putri buat ibuku yang pernah lelah dalam menjalani kehidupannya. Juga untuk semua ibu yang pernah mengalami berada di batas kesabaran dalam menjalankan perannya. Dalam tarianku, doa terindah untuk kebahagiaan para ibu kupanjatkan dengan sepenuh hatiku. Maka, menangislah untuk sesaat bila itu melegakan hati, tariklah napas dalam-dalam sebelum melangkahkan kaki kembali.

Memang tak selamanya terang menaungi kehidupan perempuan. Hujan badai pun kadang menyapa tanpa permisi dan tanpa diduga-duga. Namun karena perempuan terlahir memiliki daya cipta dan juga karsa yang mumpuni, kasih abadinya tak akan pernah sirna ditelan oleh gelombang kehidupan.

Seperti daun-daun yang tak lagi terlena oleh alunan gending yang mengiringi, perempuan pun akan selalu kembali menari di dalam kehidupannya dengan sepenuh hati. Menyatukan pikiran, hati, jiwa dan raganya ke dalam tarian yang ditujukan kepada Sang Pencipta meski di bawah remang-remang cahaya mentari yang tertutup awan sepanjang hari. Ya, ia akan terus menari dan menari di dalam gelombang lautan cinta dan kasihnya.

Demikianlah bulan Desember menanti gilirannya datang dan perempuan-perempuan pun menyambutnya dengan suka cita. Mencari celah ketika mentari bersinar terang di musim penghujan agar tetap dapat menjemur cucian dan kasur dari kapuk yang mulai mengempis.

Masih kuingat cerita ibuku tentang hari kelahiranku yang tepat di hari Ibu. Ia masih sempat memasak sayur nangka muda dan menggoreng ikan sebelum memanggil dukun bayi untuk menolong persalinannya waktu itu. Sakit persalinan tak lagi berarti baginya karena kehadiran bayinya adalah kebahagiaan dalam hidupnya.

Meski aku lahir di hari ibu, tak pernah sekalipun ibuku merayakan hari kelahiranku tepat di hari ibu. Ia hanya menceritakan lucunya aku ketika usiaku satu tahun dan oleh karena aku dilahirkannya sebagai orang Jawa, disyukurinya hari kelahiranku itu dengan selamatan tepat di hari wetonku.

Hari ibu memang selalu menjadi spesial bagiku dan selalu kuucapkan selamat hari ibu untuk ibuku yang telah melahirkanku tepat di hari ibu. Puisi-puisi pun kemudian lahir setiap hari ibu sebagai hadiah buat hari ibu. Kini, hanya doa dalam tarianku yang bisa kukirimkan lewatan getaran kasih setelah ibuku di Surga.

Teladan ibuku pun memang tak lekang oleh waktu. Perjuangannya sungguh menakjubkan. Tak hanya mengurus keluarganya dengan keterbatasan ekonomi dan fasilitas waktu itu, ia pun masih sempat berbagi dengan sesamanya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di desanya. Menjadi hansip, kader kesehatan dan aktif dalam organisasi PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).

Aku pun juga selalu mendengarkan dengan seksama ketika ibuku bercerita tentang perjuangan kaum ibu pada masa perjuangan hingga kemerdekaan telah diraih, yakni perjuangan kaum ibu yang tak lelah memajukan hak, harkat, dan martabatnya dalam kehidupan agar menjadi lebih baik. Mereka, kaum perempuan telah melakukannya dengan tanpa pamrih seperti teladan dari ibu pertiwi.

22 Desember 1928 adalah hari bersejarah dan tonggak lahirnya hari ibu bagi kaum perempuan yang mencatat bersatu-padunya kaum perempuan dalam perjuangan. Meningkatkan kualitas pendidikan bagi perempuan dan perbaikan aturan pernikahan dalam kongres perempuan Indonesia di Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun