Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Diskriminasi di Ruang Publik Sebuah Mall bagi Penyandang Disabilitas

1 September 2018   21:15 Diperbarui: 2 September 2018   03:45 2380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah peraturan diskriminasi. Jalan mobil ke pintu masuk sebuah mall, dibagi 3 jalur dengan cone orange. Yang akhirnya, mobil tidak bisa menepi ke teras mall.

Disabilitas, termasuk lansia dan bayi dan anak-anak dengan kursi roda atau stroller, harus "turun di jalan" jauh dari teras lobby (sekitar 10 meter atau lebih), atau kursi roda dan stroller diangkat ke teras lobby dan si pengguna harus dipapah atau digendong.

***

Catatan pagi, 1 September 2018

Tadi pagi, aku di sebuah mall untuk meeting weekend, hihi

Cukup menyebalkan, mengapa ada meeting di hari Sabtu yang cerah, hari ini. Tetapi, sudahlah. Minimal, bisa sedikit kongkow sambil nyemil dan ngopi .....

Sekitar jam 10.15, mobilku memasuki pekarangan mall tempat janjian untuk meeting. Masih sepi, mall baru buka. Tetapi, ketika mobilku mendekati salah satu lobby mall untuk aku turun bersama kursi roda ajaibku, tiba-tiba mataku terbelalak!

Apa yang terjadi?

Di depan salah satu lobby mall itu, terpasang cone orange yang membagi ruas jalan menjadi 3 bagian! Dan itu akan menghambat aku untuk mobilku mendekat lobby untuk menurunkan kursi roda ajaibku! Dan itu berarti juga, bukan aku saja yang kesulitan, tetapi semua orang kesulitan, khususnya teman-teman disabilitas!

Jangan lupa, disabilitas itu bukan hanya cacat fisik saja, seperti aku, tetapi lansia, ibu hamil, anak apalagi balita juga dikategorikan sebagai "disabilitas", karena membutuhkan banyak bantuan!

Aku membuka kaca jendela mobilku, dan berteriak kepada petugas, untuk bisa mobilku menepi ke lobby dan menurunkan kursi roda ajaibku, dan dijawab, acuh tak acuh. Bahkan dia menunjukkan tangannya untuk mobilku bergerak maju menjauh dari lobby.

Aku ngotot, karena aku janjian di lobby itu, tetapi petugas itu tidak ambil pusing, dengan wajah tyang tidak enak dilihat. Seakan, dia adalah yang berkuasa, dan aku hanya perempuan cacat yang memohon-mohon untuk mobilku bisa menepi!

Emosiku meledak! 

Bukan hanya karena "kesongongannya" saja dengan caranya yang tidak sesuai dengan tugasnya sebagai penjaga garda depan sebuah mall, tetapi nada dan tidak kepeduluannya lah yang menyulut amarahku!

Dia tidak peduli bahwa aku butuh bantuan untuk mobilku menepi dan menurunkan kursi roda ajaibku. Dia tidak peduli kalau aku seorang perempuan cacat. Dan dia pun tidak peduli, kemarahanku semakin memuncak, dan dia tetap cuek bebek!

Aku harus menurunkan emosiku, karena akan berakibat fatal untukku jika emosiku terus menanjak! Akhirnya, supirku berhenti dan AKU TURUN DI TENGAH JALAN, di mana dari aku turun ke teras lobby mall sekitar 10 meter atau lebih, dengan perbedaan permukaan lantai miring sekitar 20 cm!

Tahu tidak?

Perbedaan permukaan jalan dengan kemiringan terjal, untukku walau dengan kursi roda elektrikku, akan sangat berbahaya untukku. Kursi rodaku bisa terbalik!

Apakah ada yang mengerti? Apakah ada yang tahu dan peduli? TIDAK!

Bahkan, si penjaga yang songong itu, cuek saja melihat kursi rodaku hampir terbalik, tanpa berkata-kata dia membukakan pintu untukku, tetapi tidak memberikan kenyamanan apa2 untukku!

Emosiku semakin meninggi! Wajahnya datar sekali. Dan dia benar-benar tidak peduli! Lalu, aku berhenti di dekat kolom bulat, mematikan kursi roda elektrikku dan diam sesaat!

Aku membuka hp-ku, berpikir harus bagaimana. Lalu, aku bergerak lagi, keluar lobby lagi. Diam sesaat dan mulai memfoto-foto. Si petugas songong itu, tetap cuek. Hanya melihat-melihatku saja. Dan aku mulai menulis dengan foto-foto itu, di medsosku dan share ke beberapa teman dan sahabatku, untuk supaya aku merasa terdukung, walau hanya sekadarnya saja.

Lalu, aku beranjak masuk lagi, karena meeting sudah dimulai. Dan aku "lupa" sesaat kemarahan itu, sampai meeting selesai

Selesai sampai di situ? TENTU TIDAK!

Setelah selesai meeting, emosiku mulai meledak lagi, ketika aku dengan sengaja berada di teras lobby tadi pagi, dan memperhatikan apa yang terjadi. Ternyata, benar saja! Masalahku ini bukan sembarang masalah. Ini masalah kepedulian!

Disabilitas itu bukan seperti aku saja, secara cacat fisik. Banyak orang tua yang memakai kursi roda, bingung ketika mobilnya harus berenti di tengah dan menurunkan penumpangnya. Padahal mereka butuh kursi roda segera! Dan kursi roda harus dibawa dulu ke teras lobby tetapi mereka menunggu dulu sampai ada yang membantu!

Begitu juga, anak-anak dan balita. Supir atau ayah mereka menenteng stroller sementara anak-anak bayi mereka digendong ibunya. Mengapa? Karena mobil-mobil di belakangnya tidak sabar dan terus mengklakson!

Bagaimana dengan si petugas songong? Cuek saja, tuh! 

Bagaimana emosiku tidak turun? Apakah si petugas atau mall ini bisa merasakan, JIKA ADA SODARA MEREKA YANG CACAT ATAU ANAK-ANAK MEREKA KESULITAN DENGAN DISKRIMINASI INI, BAGAIMANA MEREKA AKAN BERSIKAP?

Sepertinya, hati mereka sudah tumpul. Karena mereka membuat aturan bukan dengan hati mereka, tetapi dengan isi kepala mereka hanya hanya berpikir tentang "supaya petugas-petugas tidak susah mengatur mobil-mobil keluar masuk mall, dan membatasi jalur-jalur menjadi 3 jalur, dengan cone orange!"

EGOIS! INI TERMASUK DISKRIMINASI!

Entah, siapa yang berpikir untuk melakukan diskriminasi ini, aku tidak tahu. Tetapi yang jelas, sebagai bagian dari disabilitas dunia dan sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan developer besar yang juga mendesain dan membangun mall besar, aku tetap berusaha untuk memperbaiki, apa yang kurang dari mall tempat aku bekerja, untuk lebih baik bagi teman-teman disabilitas.

Tetapi, mall ini justru "menutup" dirinya untuk kami, kaum disabiltas! Mall ini justru membuka diskriminasi untuk kami! Dan membuat kami semakin menjauh dari kehidupan yang inklusi sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Beberapa foto yang memang sengaja aku rekam untuk membuktikan, betapa tidak manusiawinya sebuah aturan yang sekadar "tidak mau repot"

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
                         Keluarga dengan seorang anak disabilitas, yang harus di gendong untuk masuk kedalam mobil. Berjalan jauh dari teras lobby.

kokas3-5b8aa1d1677ffb3db200d874.jpg
kokas3-5b8aa1d1677ffb3db200d874.jpg
Seorang supir taksi, membawakan 2 buah stroller ke teras lobby, sementara 2 orang ibu membawa balitanya, yang seharusnya bisa langsung berbaring di atas stroller. Sementara, klakson mobil2 di belakangnya membahana .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Seorang ibu lansia, yang harus berjalan jauh ke teras lobby

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

                                2 keluarga yang masing2 menggendong anak2nya, yang seharusnya tidak di gendong jika mobil bisa menepi ke teras mobil

Sebagai catatan lama: 

Petugas-petugas terdepan di mall ini sangat tidak ramah kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Mereka selalu tidak mau tahu, bahwa kami ingin menepi untuk menurunkan kursi roda atau alat bantu. Mereka biasanya, hanya menunjuk supir, untuk segera menjalankan mobilnya menjauh, dengan wajah yang tidak mau tahu.

Aku selalu diperlakukan seperti itu, berpuluh-puluh kali selama bertahun-tahun, sampai aku menjadi apatis. Tapi kupikir, "Sudahlah, toh aku bisa mencari tempat yang lain untuk turun, dan kubiarkan semua berjalan sampai masalah tadi pagi terjadi".

Mari, kita lihat dasar aku melakukan protes besar, karena kami dilindungi oleh Undang Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia:

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bahwa UU dan Peraturan Pelaksana dibawahnya, TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN UUD'45. Khususnya Pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa  "Tiap2 warga negara berhak atas pekerjaan dn penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". 

Serta Pasal 28 UUD'45 hasil Amandemen ke-2 di mana disebutkan bahwa  "Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya". Sehingga minimal 2 Pasal UUD'45 di atas ini pemahamannya adalah UU dan perundang-undangan yang lebih rendah di bawahnya, dinyatakan gugur dan bertentangan.

Termasuk UU Nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat, ditegaskan bahwa "Penyandang cacat BERHAK untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya". 

Kesejahteraan sosial itu bukan hanya untuk bisa bekerja, tetapi kita semua harus punya kehidupan yang layak, nyaman, dan aman, sama seperti dengan warga negara yang lain. Artinya juga, untuk semua ruang-ruang publik, diharapkan (bahkan, diharuskan?) untuk bisa mempunyai inklusivitas, sama dan sebangun dan tidak ada diskriminasi! 

Sehingga, tidak ada alasan kita sebagai bagian dari kaum disabilitas di diskriminasi, apalagi hanya sekedar untuk memasuki sebuah mall! 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebay? Ada sebagian akan menjawab, ya! Tetapi, jika mereka berada dalam posisi kami, mereka akan sangat merasa kesulitan untuk bisa "bergerak" leluasa untuk mengekspresikan hidup kami!

Sebuah mall, adalah ruang publik. Di mana di semua ruang publik diharuskan tanpa diskriminasi, karena ruang publik adalah sebuah ruang untuk berinteraksi warna negara, tanpa perbedaan apapun.

Jika ruang publik ini dibagi-bagi atau dipilah-pilah, karena banyak hal, yang jelas pasti merupakan keegoisan dari sekelompok warga yang "tidak mau pusing", maka ruang publik itu mungkin dan memang hanya untuk warga negara yang sehat dan gagah saja.

Sedangkan bagi warga negara dalam keterbatasan, akhirnya hanya gigit jari saja, melihat warga negara yang sehat dan kuat itu bisa berada di dalamnya, karena warga negara yang dalam keterbatasan susah untuk bisa berada di dalamnya.

Lama-lama, warga negara yang dalam keterbatasan merasa tidak ada yang peduli, bahkan "disingkirkan" dengan peraturan-peraturan egoistis, mereka semakin terbuang dan tersingkirkan.

Tahu, tidak?

Ketika suatu saat kami membuat survey tentang arti sebuah mall dalam dunia disabilitas, mereka menjawab pertanyaan kami,

"Mall itu adalah tempat mewah dan tempat orang-orang kaya, tetapi mereka itu tidak menyukai keberadaan kami"

Artinya adalah, jika disabilitas atau warga negara yang "terpinggirkan" sudah semakin tersingkir, bahkan hanya ingin datang ke mall untuk bermain dan berbelanja, di manakah tempat kami, kaum disabilitas?

Apakah kami hanya bisa diam dirumah saja? Atau, apakah kami tidak bisa dianggap sebagai warga negara? Kami hanya menyusahkan saja?

***

Baiklah, kupikir, aku memang tidak akan mampu untuk mengubah sebuah tatanan dalam masyarakat. Ketika di sebuah mall yang "tidak ramah disabilitas", ditambah lagi, petugas-petugasnya pun "tidak ramah kepada kaum disabilitas", mungkin aku tidak mampu untuk mengubahnya.

 Tetapi minimal, aku bisa menulis seperti ini. Walau mungkin akan dianggap lebay, atau si pembaca hanya mencemooh saja, tidak masalah. Sebagai seorang arsitek yang cacat, aku hanya bisa berusaha membantu dengan apa yang aku bisa lakukan.

Masalah tadi pagi, mungkin cuma sebuah masalah sepele bagi banyak orang. Mudah-mudahan, mereka yang menganggap sepele ini, tidak mempunyai keluarga cacat, atau Tuhan menganugerahkan tubuh dan fisik yang sehat.

Aku hanya minta kalian membayangkan saja, JIKA KALIAN BERADA DI POSISI KAMI, APA YANG KALIAN LAKUKAN?

Belajarlah, untuk tidak egois. Jika ingin melakukan sesuatu atau mencoba aturan-aturan baru di ruang publik termasuk di mall, ingatlah bahwa SEMUA ORANG HARUS BISA BERADA DI RUANG PUBLIK ITU, TANPA ADA PERBEDAAN APAPUN.

Karena, apa yang kita lakukan, itu yang akan diberlakukan Tuhan kepada kita, pada saatnya.

Tulisan ini, kudedikasikan bagi semua orang yang peduli dan mau ikut serta sebagai bagian dari warga Negara, untuk hidup yang lebih baik.

Salamku, Tuhan memberkati kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun