Mohon tunggu...
Inovasi

Media Digital vs Media Analog

13 Februari 2018   16:47 Diperbarui: 13 Februari 2018   16:52 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku karangan Brian Carroll berjudul Writing for Digital Media kali ini, saya akan merangkum sedikit, khususnya mengenai topic yang sangat familiar bagi kita, yakni Digital Media versus Analog Media. Topik ini sudah menjadi konsumsi yang sering kita diskusikan, mengingat saat ini semakin memasuki era digitalisasi, maka banyak perubahan yang kita rasakan, baik secara langsung maupun tidak, salah satunya berkaitan dengan kebiasaan membaca. Apa saja kira-kira yang menjadi perbedaan mendasar antara digital media dan analog media? Berikut rangkumanya!

Menulis secara online pada dasarnya sama dengan menulis versi tradisional -- media cetak. Hanya saja, ada beberapa aspek yang menjadi perhatian, seperti kredibilitas ataupun model membacanya. Tulisan di media online dan cetak tentu berbeda, jika media cetak menjadikan kita membaca kaku -- sesuai draft, tidak demikian dengan media online. Akan banyak distorsi yang menggangu, sebab begitulah dunia web, menghadirkan ragam informasi meski hanya dalam satu tulisan.

Semakin Banyak Hal yang Berubah, Semakin Banyak Hal yang..

Pada dasarnya, untuk proses penulisan antara media onlie dan media cetak tidaklah berbeda. Perbedaannya hanya "media" yang digunakan. Jika media online bisa dengan mudah diakses dan dicari dengan cepat, berbeda dengan media cetak -- buku yang membutuhkan waktu untuk dapat mencari judul sesuai keinginan kita. Maka, jika berbicara mengenai kualitas, online memang mudah, namun tidak melulu berarti berkualitas. Dalam hal ini, peran penulis sangat dibutuhkan, seperti penulis sebagai komunikator pesan. Apakah ia mampu untuk menyampaikan pesan dengan tepat, menarik, ataupun mendalam. Selain itu penulis sebagai pemberi informasi. Dengan ragam informasi yang ada, diperlukan kemampuan memilih informasi mana yang lebih penting dan berguna untuk pembaca. Terakhir ialah menjadi membangun interpretasi, di mana untuk penyampaian informasi haruslah disesuaikan dengan medianya.

Namun, media online membawa beberapa perubahan, salah satunya berkaitan dengan ketepatan waktu. Saat ini, kita dimudahkan dengan berbagai informasi yang terjadi bahkan dalam sepersekian detik saja, kita dapat mengetahui apa yang terjadi di luar lingkungan/ daerah kita salah satunya melalui siaran langsung / live report. hal ini membuat kita semakin tinggi keinginanya untuk selalu mengatahui hal-hal baru apa saja yang telah atau sedang terjadi

The New York Times

Pun dengan kedekatan -- tanpa sekat. Di mana online secara luas menerobos pintu pembatas wilayah tersebut yang menjadikanya dapat diakses oleh siapa saja dan di mana saja. Hal ini juga ditambah dengan informasi dalam online dapat kita baca berulang kali, melihat update terbaru yang tentunya berbeda dengan saat membaca buku -- misalnya (Parker 1997: 4). Dampak dari ini, biasa kita kenal informasi yang low cost namun menjangkau banyak orang. Di mana hanya dengan menggunakan situs web penulis dapat menyebarkan informasi secara luas, jika dibandingkan dulu harus mencetak lembaran kertas kemudian di sebarkan manual.

Kredibilitas

nilai ini tentu menjadi sesuatu yang wajib bagi para penulis. Selain ketiga hal tadi (komunikator pesan, pembuat dan mengembangkan interpretasi), menurut Mayer kredibilitas dalam komunikasi masa dikembangkan menjadi dua, yakni "believeability" mudah untuk dipercaya. Ini berkaitan dengan pemberitaan yang akurat dan jelas, sedangkan  "community affiliation" atau komunitas afiliasi / membentuk kelompok yang sama. Ini lebih mengarah pada usaha untuk menyatukan serta memimpin kelompok yang luas.

Meledaknya jumlah orang mengakses melalui web online menjadikan beberapa orang merasa bahwa informasi yang didapatkan melalui situs-situs tersebut adalah kredibel. Ini kemudian didukung dengan perilaku yang membuat standart tersendiri akan kredibel/tidaknya suatu web melalui asumsi yang mereka ciptakan atau turut dijelaskan bahwa semakin sering seseorang mencari informasi secara online maka semakin ia mampu mengevalasi kredibilitas yang ia cari tahu. Thomas J. Johnson and Barbara K. Kaye pun mengatakan, semakin seseorang mencari informasi untuk mendukung pandangan mereka, maka merekapun akan cenderung lebih mempertimbangkan kredibilitas yang mereka terima.

Bias

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun