Mohon tunggu...
Christanto Panglaksana
Christanto Panglaksana Mohon Tunggu... Penulis

Warga pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apapun Nama Generasinya, Sajiannya Tetap Buatan

25 September 2025   01:17 Diperbarui: 25 September 2025   01:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi Z (Kompas.com/Apptus)

Gen Z hanya dijadikan simbol legitimasi. Narasi bahwa "anak muda butuh digitalisasi," misalnya, sering berakhir pada kontrak besar dengan perusahaan perangkat atau platform teknologi.

Dalam politik, representasi Gen Z sering bekerja melalui bahasa optimisme. Anak muda diposisikan sebagai harapan, sebagai energi baru. 

Tapi, di sisi lain, mereka juga sering disalahkan jika keadaan memburuk: dianggap rapuh, gampang menyerah, atau tidak mau bekerja keras. Representasi ganda ini memungkinkan elite politik untuk memainkan narasi sesuai kebutuhan.

Contohnya, dalam isu ketenagakerjaan. Alih-alih mengakui bahwa pasar kerja makin eksploitatif, narasi publik menggeser masalah ke individu: "Gen Z terlalu pilih-pilih kerja." Ini adalah bentuk blaming the victim, yang menutupi krisis struktural di balik label generasi.

Politik representasi ini menunjukkan bagaimana generasi berfungsi sebagai instrumen ideologis. Membuat kebijakan neoliberal terlihat progresif, karena dikaitkan dengan aspirasi anak muda. Pada saat yang sama, menutupi realitas pahit ketimpangan dan eksploitasi.

Gen Z, dalam hal ini, bukan subjek yang menentukan arah hidupnya, melainkan objek yang didefinisikan oleh kekuasaan. Identitas mereka diproduksi sebagai alat legitimasi, bukan hasil pilihan bebas.

Generasi sebagai Arena Pertarungan Wacana

Jika kita perhatikan lebih jauh, setiap generasi sebenarnya merupakan arena pertarungan wacana. Milenial pernah dicap malas, manja, tapi juga kreatif dan adaptif. Kini giliran Gen Z menempati posisi itu. Pola ini menunjukkan bahwa generasi adalah tanda kosong yang bisa diisi makna berbeda sesuai kepentingan.

Narasi negatif tentang Gen Z bahwa mereka rapuh, mudah tersinggung, dan tidak tahan banting, berfungsi sebagai alat disiplin sosial. Menekan anak muda agar menyesuaikan diri dengan standar lama. Sementara narasi positif, misalnya bahwa mereka kreatif, inovatif, dan peduli lingkungan, berfungsi untuk memobilisasi mereka ke arah proyek-proyek neoliberal atau kepentingan politik yang dikemas progresif.

Kedua narasi ini bukan kebenaran netral, melainkan strategi kuasa. Generasi selalu diproduksi melalui tarik-menarik kepentingan di antara aktor dominan: negara, korporasi, media, dan bahkan aktivis. Dalam setiap pertarungan itu, makna generasi bisa bergeser, tapi yang pasti: tidak pernah bebas dari politik.

Foucault mengingatkan bahwa kuasa dan pengetahuan saling terkait. Definisi tentang siapa itu Gen Z bukan pengetahuan objektif, tetapi sebentuk kuasa untuk mengatur perilaku dan aspirasi mereka. Generasi menjadi bagian dari "rezim kebenaran" yang mengikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun