Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Trump Begitu Penting untuk Hongkong dan Taiwan?

24 Januari 2021   08:05 Diperbarui: 24 Januari 2021   08:32 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada tahun 2016, Tsai langsung menelpon dan memberikan selamat kepada Trump yang kelak dikenal dengan "Trump-Tsai Call" dimana hubungan telpon ini sempat membuat "panas" telinga pemerintah China. Entah apa yang membuat yang membuat Tsai menelpon Trump pada saat itu, sepertinya Tsai memang sudah memprediksi bahwa Trump kelak akan menjadi sosok "Superman" yang kelak akan melindungi negaranya dari ancaman China. 

Benar saja "ramalan" tersebut terbukti, Trump yang terkenal selalu berani dan terbuka untuk menentang China memang nyatanya benar-benar menjadi sosok "Superman" untuk Taiwan. Dilansir dari Washington Post melalui tulisan kolumnis Marc.A.Thiessen, Donald Trump adalah Presiden Amerika Serikat paling pro-Taiwan dalam sejarah Amerika Serikat berdiri. 

Hal itu terbukti dengan keputusan Trumo untuk mengabulkan permintaan Taiwan untuk membeli pesawat jet militer F-16 demi menjaga kedaulatan negara tersebut dari ancaman dan provokasi China, sesuatu yang tidak dilakukan oleh presiden seneblumnya yaitu Bush dan Obama yang menolak untuk menjual pesawat tersebut. Selain pesawat, Amerika Serikat juga mengirimkan bantuan peralatan militer dan diplomasi. 

Tak heran, jika kekalahan Trump membuat khawatir rakyat Taiwan karena dipastikan tidak lagi sosok yang sangat vokal dan frontal terhadap China.

2. Hongkong

Berbicara tentang Hongkong yang dalam dua tahun terakhir selalu menjadi headline dengan berbagai demonstrasi besar yang selalu melanda negeri tersebut, mungkin dapat dikatakan bahwa hubungan Hongkong dan Amerika Serikat mungkin tidak "seintim" dan selama layaknya hubungan Taiwan dengan Amerika Serikat. Dibandingkan dengan Amerika Serikat, Hongkong mungkin lebih identik dengan Inggris dalam hubungan sejarah dan juga politis. 

Selama 155 tahun lamanya sejak tahun 1842, Hongkong berada di bawah kolonial Inggris yang membantu membentuk Hongkong dalam hal perkembangan militer, birokrasi, pendidikan, dan infrastruktur, semua itu menjadi salah satu faktor alasan mengapa mayoritas orang Hongkong mulai dari masyarakat biasa, aktor dan aktris hingga politisi fasih berbahasa Inggris dan memiliki pola pikir yang cukup terbuka. 

Hongkong resmi kembali ke China pada tahun 1997 setelah 155 tahun berada dibawah kolonial Inggris. Kendati pernah "dijajah" oleh Inggris selama 155 tahun, masyarakat Hongkong sudah terlanjur nyaman dengan sistem negara mereka yang mengedepankan kebebasan demokrasi, pendidikan dan ekonomi ala barat yang membantu membentuk Hongkong sebagai "nyawa" ekonomi Asia. 

Tentu saja ini menjadi sesuatu kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Hongkong ketika harus kembali ke pangkuan China yang secara sistem sangat kontras sekali dengan sistem ideologi yang dianut oleh Hongkong dimana China menerapkan sistem ideologi Komunis yang lebih bersifat otoriter, anti-kritis, dan "brutal" dalam menindak lawan politisnya. 

Akhirnya setelah berbagai negosiasi dan kesepakatan, maka diputuskan bahwa Hongkong berstatus sebagai " Satu Negara,Dua Sistem" dimana Hongkong bebas menentukan arah birokrasi dan otonomi mereka mulai dari bendera, pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur hanya saja dengan pengawasan China sebagai pusat pemerintahan yang berhak mengawasi dan menindak Hongkong apabila terjadi sesuatu yang "tidak diinginkan".

Meskipun sudah diterapkan "Satu Negara, Dua Sistem". Masyarakat Hongkong tetap merasa sisi "keotoriteran" China dalam aspek kehidupan mereka. Puncaknya adalah pada tahun 2019, Carrie Lam, pemimpin wanita Hongkong dan Beijing menandatangani rancangan RUU Ekstradisi yang seketika menimbulkan kemarahan besar untuk masyarakat Hongkong, akibatnya adalah aksi protes dan demonstrasi besar-besaran segera dilakukan di pusat kota Hongkong dimana mahasiswa dan generasi muda mendominasi peserta aksi demonstrasi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun