Setelah Perang Dunia II berakhir, China berada di ambang perang sipil jilid II setelah perundingan untuk menciptakan aliansi antara pihak Nasionalis dengan Komunis berjalan buntu.Â
Pada akhirnya perang sipil China benar-benar terjadi dimana pada akhirnya Amerika Serikat dibawah Presiden Harry S.Truman memutuskan untuk mendukung penuh Chiang Kai-Shek dengan partai Kuomintang-nya untuk melawan pihak komunis dibawah Mao Zedong yang didukung penuh oleh Uni Soviet. Perang sipil China ini menjadi awal mula terjadinya ketegangan antara front barat ( Amerika Serikat dan sekutunya) dengan front timur (Uni Soviet dan sekutunya) yang kelak terkenal dengan Perang Dingin.Â
Setelah pertempuran yang memilukan dan menelan jutaan korban jiwa baik dari pihak sipil maupun militer. Pada tahun 1949, Mao Zedong dengan tentara merah komunisnya mengumumkan kemenangan total setelah berhasil menghancurkan dan mengalahkan tentara Kuomintang dalam berbagai pertempuran di seluruh penjuru negeri China.Â
Kekalahan tersebut mengakibatkan Chiang Kai-Shek beserta jajaran politik dan militer Kuomintang "mengungsi" ke pulau Taiwan dan mendirikan pemerintahan darurat didana. PBB pun mengakui pemerintahan Chiang Kai-Shek sebagai negara China yang sah dan Amerika Serikat pun menjanjikan untuk memberikan keamanan total terhadap eksistensi pemerintahan Kuomintang dan negara Taiwan.Â
Hasilnya, pada tahun 1950, Amerika Serikat mengirimkan ratusan kapal perang di sekitar perairan Taiwan untuk menjaga kedaulatan negara tersebut. Keberadaan ratusan kapal perang Amerika Serikat dan pangkalan militer di Jepang membuat Mao Zedong menarik diri untuk melakukan invasi ke pulau Taiwan.
Hingga saat ini, tidak ada perjanjian dan kesepakatan damai antara China dan Taiwan yang mengakibatkan ketegangan terus meningkat di antara kedua negara tersebut. Pemerintahan China yang berpusat di Beijing menganggap Taiwan sebagai "bagian dari China" dan "selamanya adalah milik China". Sedangkan Taiwan menganggap dirinya sebagai negara berdaulat dan tetap menganggap mereka sebagai "China yang sesungguhnya" berdasarkan jejak historis mereka.
Apa yang dilakukan Tsai tersebut seketika menjadikanya sebagai dewi pelindung, pahlawan dan idola bagi rakyat Taiwan. Bahkan pada Pilpres Taiwan tahun 2020, Tsai Ing-Wen terpilih kembali menjadi Presiden Taiwan untuk kedua kalinya. Pada Pilpres 2020, Tsai yang berasal dari Partai Progresive Demokratik berhasil mengalahkan sang oposisi, Han Kuo-Yu yang berasal dari Partai Kuomintang.Â
Tentu saja ini adalah sesuatu yang cukup mengherankan dan membuat dunia bertanya-tanya mengapa Kuomintang yang merupakan founder dari pembentukan negara Taiwan sebagai negara republik malah kalah melawan Partai Progresive Demokrat?Â
Tak lain adalah Han Kuo-Yu yang berasal dari Kuomintang ingin sekali menekankan persatuan Taiwan dengan China yang tentu saja cita-cita dan prinsip Han tersebut membuat masyarakat Taiwan khawatir dengan masa depan mereka dan juga negara mereka yang dimana selama ini mereka menikmati kebebasan demokrasi dan ekonomi sebagai satu negara berdaulat sehingga kemudian Han Kuo-Yu dituduh sebagai "Boneka Beijing" karena kebijakanya tersebut meskipun banyak pihak yang mengatakan bahwa Han hanyalah ingin mengembalikan nilai dan prinsip dari ajaran Sun Yat Sen serta ingin mengakhiri tensi dan konflik berkepanjangan dengan China.Â
Lalu apakah hubungan Tsai dengan Trump ? Ternyata sudah sejak lama dan bahkan sebelum Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, Trump dan Tsai ternyata sudah memiliki "hubungan yang spesial".Â