Aku kini sudah melupakan hubunganku dengan Martha. Yang berlalu biarkan saja berlalu. Setidaknya aku sekarang merasa lebih nyaman karena tidak terbeban dengan utang masa lalu lagi padanya. Setidaknya kami dapat menikmati hubungan kami dengan sukacita. Banyak bercerita, tertawa bersama, makan bersama, jalan bersama, sesuatu yang jarang kami lakukan dulu.
Namun itu sebenarnya untuk apa juga? Kecuali kalau kami memang mau memulai lagi hubungan kami seperti dulu. Awalnya, jujur saja, aku tertarik. Namun setelah kasus kontrak fiktif itu aku jadi kecewa dan tidak berminat lagi. Aku merasa diperalat. Aku juga punya harga diri, jadi aku mau semua itu berlalu saja.
***
Malam minggu ini aku jalan dengan Jenny. Sudah lama kami tidak jalan lagi. Aku sangat sibuk dengan pekerjaanku akhir-akhir ini. Jenny juga sangat sibuk dengan urusannya. Aku sebenarnya tidak terlalu tahu persis apa saja kesibukannya.
Aku mengajak Jenny makan malam ke sebuah restoran di kawasan Senayan. Malam ini kami janjian tampil keren karena dinner di resto mahal, hiks. Aku pakai celana katun hitam dipadu dengan kemeja abu-abu tangan panjang dengan lengan dikancing. Ketika menjemput Jenny ke rumahnya, penampilan Jenny membuatku pangling. Ia memakai gaun hitam strapless dengan leher dan bahu dibiarkan terbuka. Alamak! Aku kaget melihat penampilannya.Â
Sehari-hari yang kulihat ia seperti agak tomboy, tapi malam ini tampilannya berbeda sekali. Aku terpesona melihat leher putihnya yang mulus itu. Malam ini ia sangat cantik! Sebenarnya kami sama-sama saling terpesona melihat penampilan kami satu sama lain, karena penampilan kami tidak seperti biasanya. Â Â Â Â Â
Namun aku curiga. Bukan busana itu saja yang membuat penampilan kami berbeda. Ada sesuatu yang lain. Yang lain itu namanya "rasa." Ketika dua rasa bertemu, itu seperti keju parut yang ditabur di atas pisang goreng panas. Keju itu akan "melting" di atas pisang goreng, menghasilkan sensasi yang tak terkatakan, karena memang hanya bisa dirasakan...
Hal itulah yang membuat penampilan kami lebih baik dari kelihatannya. Aku berencana, nanti kalau timingnya pas, aku akan menembaknya. Aku akan bilang suka padanya dan mau jadi pacarnya.
Acara makan malam awalnya berjalan lancar seperti yang diimpikan dan terasa luar biasa. Tiba-tiba tanpa disangka dan diduga, selepas dari toilet aku bertemu dengan Rini! Duh Gusti, Rini ternyata makan malam juga dengan temannya yang bernama Michael di resto yang sama dengan kami.
Â
Aku kaget! Sudah hampir enam tahun aku tidak bertemu dengan Rini, dan aku sama sekali tidak pernah tahu atau mencari tahu perihalnya. Sekarang penampilannya sangat jauh berbeda dengan dulu. Kulitnya masih tetap putih, bahkan kini lebih kinclong dan mulus, pastinya dengan perawatan mahal.