Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Renjanaku (9) I Dream Of Jenny

1 Oktober 2025   12:25 Diperbarui: 1 Oktober 2025   12:20 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://asset-2.tribunnews.com/prohaba/foto/bank/images/ilustrasi-jatuh-cinta.jpg

"sesuatu sering terjadi, dan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Aku harus membiasakan diri untuk akrab dengan hal tersebut"

Setengah tahun terakhir ini membawa perubahan yang sangat banyak bagiku. Menjadi manager awalnya sangat membanggakan tetapi kemudian tidak begitu berarti bagiku. Malahan kini menjadi beban bagiku. Beban itu termasuk juga mengurusi staf penjualan yang saling bersaing di lapangan, dan sering masuk hingga ke persoalan pribadi.

Aku tidak suka mengurusi pribadi orang. Tetapi aku tidak bisa mengelak, mereka ini anak buahku dan aku berkepentingan dengan target yang dibebankan perusahaan lewat mereka. Belum lagi kegagalan untuk mendapatkan kontrak besar kemarin, merupakan pukulan besar bagiku.

Kegagalan itu membuatku lebih berhati-hati dalam bertindak. Kegagalan itu juga  membuat kepercayaan diriku menurun dalam segala hal. Tanpa disadari hal itu telah merampas keceriaan dan gairah hidupku. Kini aku lebih suka berdiam diri.


Sebenarnya tidak semuanya juga hal itu jelek. Pengalaman buruk itu bisa menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagiku. Itulah yang kuperlukan dalam proses pendewasaan diriku. Sesuatu sering terjadi, dan terkadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Aku harus membiasakan diri untuk akrab dengan hal tersebut.

Perjumpaanku dengan Martha empat bulan terakhir juga membawa perubahan besar bagiku. Aku sebenarnya sangat menikmati hubungan singkat "jilid II" ini. Aku pun jadinya sering membandingkan Martha dengan Jenny.

Namun kalau mau jujur, setelah dekat dengan Jennylah aku bayak berubah. Aku jadi lebih nyaman berhubungan dengan wanita, termasuk menikmati hubungan dengan Martha sekarang ini. Kedua wanita ini punya pesona masing-masing. Martha lebih cantik, dewasa, anggun dan romantis.

Jenny lebih rileks, cerdas, humble, dan fleksibel. Fleksibilitasnya itu yang membuat perbedaan. Jenny orangnya tidak ribet dengan aturan-aturan tertentu. Bahkan makan di warteg pun Jenny tetap santai. Jenny menjadi satu-satunya cewe yang pernah kuajak makan di warteg. Itu salah satu kelebihan Jenny. Namun suasana hatinya yang tak bisa ditebak itu, membuatku ragu untuk mencoba lebih dekat kepadanya.

Aku tak bisa mendefenisikan hubunganku dengan Jenny seperti apa. Kami tampak seperti sahabat dekat karena aku tak pernah merasa malu untuk menceritakan hal-hal konyol yang pernah kulakukan padanya. Tak ada rahasia yang harus kusembunyikan darinya. Jenny juga begitu kepadaku. Kami saling berbagi rahasia yang berusaha kami sembunyikan dari orang lain.


Sekalipun begitu, aku tak pernah menceritakan secara detail hubunganku dengan Martha. Aku hanya menceritakan sekilas saja. Aku tak tahu kenapa begitu. Apakah karena aku masih punya rasa kepada Martha, dan aku tak ingin Jenny mengetahuinya? Entahlah.

Sebaliknya aku juga merasa kalau Jenny punya masa lalu yang tak ingin diceritakannya kepadaku. Padahal ia tak malu menceritakan ciuman pertamanya dan pacar-pacarnya ketika di SMA dulu. Jenny pun tak ragu menceritakan semua cowo-cowo yang pernah ditaksirnya. Namun aku merasa ada satu cerita yang disimpannya. Mungkin seperti "cerita Marthaku" juga. Walaupun penasaran, tapi aku tak mau kepo.

Jangan-jangan itu yang membuat seperti ada "tabir" di antara hubunganku dengan Jenny. Yah gak mungkinlah ada cowo jomblo dengan cewe jomblo jalan bareng, makan bareng, telfonan berjam-jam, ketawa-ketiwi bareng, tanpa ada rasa di antara mereka berdua! Pasti ada rasa walupun mereka tak mau mengakuinya.

Dulu itu sebenarnya aku sudah ingin nembak Jenny, tapi ada keraguan di hatiku. Aku yakin dia pun suka padaku, tapi tampaknya ia belum siap. Jadi aku menunggu saja dulu. Lalu tiba-tiba aku ketemu Martha, dan CLBK. Ketika itu aku sempat berujar, "Wah untung aku belum nembak Jenny," hehehe. Namun sekarang aku harus merevisinya lagi, "Seharusnya aku dulu itu langsung nembak Jenny saja, jadi ketika aku ketemu dengan Martha, tidak ada CLBK lagi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun