Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Catatan Dari MotoGP Mugello 2025, Pecco Memang Sudah Mentok!

25 Juni 2025   16:50 Diperbarui: 25 Juni 2025   16:49 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://asset-2.tstatic.net/pontianak/foto/bank/images/Marc-Marquez-Puncaki-MotoGP-Standings-Terbaru-usai-Juara-MotoGP-Aragon-2025-Tadi-Malam

Ubur-ubur ikan lele, biarpun sesama Ducati, tetap arogan juga le

Para penggemar MotoGP pasti sepakat kalau balapan di Mugello kemarin adalah salah satu balapan terbaik MotoGP musim ini. Ejekan sebagian orang dengan menyebut Race Ducati Cup memang tak terelakkan mengingat motor Ducati begitu mendominasi balapan MotoGP dalam tiga tahun terakhir ini.

"Ubur-ubur ikan lele, biarpun sesama Ducati, tetap arogan juga le."

Tak kurang dari aktor Keanu Reeves sendiri sampai melompat kaget ketika menyaksikan motor Pecco dalam kecepatan tinggi menabrak motor Marc dari belakang! Itu menunjukkan betapa intensnya pengejaran Pecco kepada "The blues brothers" (Marquez bersaudara) untuk semakin di depan.

Walaupun teman setim di Ducati, tapi balapan ini berlangsung di Mugello, kandang Italiano yang sudah siap bertarung dengan Spaniard yang ingin menginvasi sirkuit keramat ini.

Spaniard pertama, Maverick Vinales langsung tersungkur diterjang Frankie Morbidelli berkat jurus sakti padepokan mbah Rosidin.

Setelah diasapin Maverick, Frankie kemudian "tidak mengizinkan" Maverick mendekati Pecco, yang dikhawatirkan bisa saja membuat semua podium nantinya dikuasai Spaniard.

Cara Frankie "mengambil" Maverick pun sungguh di luar nurul, membuat penulis tidak habis fikri! Frankie terlihat sengaja menyenggol Maverick tanpa pernah berusaha mengajaknya berduel wheel to wheel. Hukuman dua long lap penalti kemudian harus diterima Frankie.

Sejak awal balapan Marc dan Pecco memang sudah terlibat duel seru. Mereka saling salip dan kejar-kejaran, membuat penonton harus menahan nafas.

Lap ke-6 aksi itu kemudian bertambah seru karena adik Marc, Alex Marqez kini ikut terlibat aksi kejar-kejaran.

Memanfaatkan momen keterkejutan Pecco ketika menabrak Marc, Alex dengan mudah melewati Pecco dan kemudian menempel ketat Marc. Memanfaatkan slip stream Marc, Alex pun bisa melewatinya.

Marc jelas kaget, tapi dia tak mau emosi. Temperatur bannya sangat panas akibat duel ketat dengan Pecco. Mengejar Alex pastinya akan menggerus kompon ban. Jadi dia sementara akan mendinginkan suhu ban dulu.

Tiga lap kemudian tibalah saatnya bagi "The Lion King." Memanfaatkan slip stream, Marc kemudian memepet Alex dan menyalipnya di tikungan ke kanan. Dengan cara khas seorang King, Marc kemudian gas pol meninggalkan jarak dari Alex. Kini Alex harus berpikir dua kali, antara mengejar Marc atau merawat ban karena balapan masih akan lama. Alex kemudian memilih opsi kedua, membuat Marc kini benar-benar mengontrol jalan balapan.

Lap ke-14 Pecco yang tertinggal 0,4 detik di belakang Alex, kini mencoba menyerangnya. Sepertinya Pecco akan bisa melewati Alex. Namun Alex yang dalam "mode hemat ban" ternyata masih mampu menahan Pecco.

Lampu peringatan "track limit' dari Race direction berkedip, pertanda Pecco menyentuh garis hijau yang menandai batas luar lintasan, membuatnya terkesiap lalu sedikit mengendurkan gas agar tidak terkena penalti.

Satu sentakan gas dari Alex kemudian membuatnya menjauh dari Pecco. Artinya Alex memang belum habis dan dia masih punya amunisi untuk bertempur! Pecco sudah memberikan yang terbaik yang dia miliki, dan itu ternyata tidak cukup untuk mengejar the blues brothers itu.

Bahkan si adik itu baru saja berkata, "stay away from my ass!" lalu ia ngacir. Duh maknyak! Di akhir balapan Pecco pun mengaku kecewa karena ia hanya bisa mendekati Alex tanpa mampu menyerangnya.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat pula ditendang. Tiga lap menjelang akhir balapan datang lah musibah. Air mata di pipi belum kering, datang pula Digiannantonio rekan sesama Italiano menyerangnya. Pecco tak berdaya tersebab ban sudah habis ketika bertarung habis-habisan dengan kedua bersaudara itu. Sudah lah dikadalin eh kini podium tiga pun melayang di hadapan pendukung sendiri.

***

Setengah musim balapan sudah berlangsung, dan penulis kemudian berani menarik kesimpulan.

Selama ini penulis beranggapan kalau ada masalah psikologis yang menimpa Pecco, di mana kehadiran Marc dalam tim justru membuat penampilan juara dunia 2023-2024 ini menurun.

Ternyata penulis salah. Kini Penulis berani mengatakan kalau Pecco seharusnya bersyukur bisa (pernah) menjadi juara dunia dua kali berkat motor terbaik sejagad, yaitu Ducati!

Yah Pecco mirip-mirip dengan Joan Mir, Juara dunia MotoGP 2020 bersama Suzuki Ecstar. Secara teknik Pecco jelas lebih unggul dari Mir. Akan tetapi dari segi manajemen balapan Mir jelas lebih unggul, sebab Mir bisa menjadi juara dunia bermodalkan tujuh podium dan satu (catat, satu) kemenangan saja.

Sebaliknya Pecco dengan sebelas kemenangan gagal menjadi juara dunia MotoGP 2024, diterkam Jorge Martin yang bermodalkan tiga kemenangan.

Apa yang kita lihat pada awal-awal balapan di Mugello kemarin adalah pertunjukan kelas dunia, yang hanya bisa dilakukan oleh pembalap-pembalap terbaik MotoGP. Pecco jelas-jelas tidak sedang dalam "keadaan menurun penampilannya" karena Marc dan Alex pun harus berjuang habis-habisan untuk melawannya.


Lalu di mana perbedaannya, hingga Pecco kemudian tersungkur ke P4?

Sampai tujuh lap awal, tidak akan ada orang yang berani mengatakan siapa pembalap terbaik dari ketiga pembalap yang bertarung ketat ini.

Setengah dari pembalap yang berlaga di balapan MotoGP 2025 ini pun adalah pembalap-pembalap terbaik dunia. Perbedaan nasib mereka itu terletak pada motor yang ditunggangi, mental, konsistensi, strategi, dan kemampuan beradaptasi mereka terhadap perubahan situasi yang terjadi.

Bakat dan ketrampilan membalap saja jelas tidak cukup! Kalau semua pembalap memakai motor Ducati yang sama (one make race) maka penulis akan menempatkan Maverick Vinales dan Fabio Quartararo di atas Pecco Bagnaia.

Kekalahan Pecco dari Jorge Martin tahun lalu semakin membuktikan premis penulis. Mental Pecco tidak cukup kuat menghadapi tekanan, apalagi dia juga tidak mempunyai strategi dan pengendalian emosi yang handal dalam balapan intens.

Bertarung dengan Marc di awal-awal balapan jelas menguras habis ban Pecco. Pecco adalah salah satu pembalap terbaik dalam melakukan pengereman, membuat ia nyaman mengontrol racing-line.

Kali ini Pecco mengandalkan rem cakram besar plus hard braking, dan ternyata hal itu tidak menghasilkan keunggulan signifikan, padahal teknik itu membuat bannya cepat aus.

Keunggulan Marc dari Alex dan Pecco terletak pada pengendalian emosi. Awalnya Marc kaget melihat keagresifan Pecco dan instingnya langsung merespon, membuat duel menarik untuk ditonton.

Sadar jalan balapan masih lama, Marc tidak mau memaksakan diri. Apalagi Alex juga terlihat agresif. Jadi Marc sengaja membiarkan dan memanfaatkan duel antara Alex dan Pecco.

Strategi "tarik-ulur," menjaga jarak, lalu memanfaatkan slip stream untuk menyerang dan kemudian membiarkan di-overtake lawan sembari mendinginkan ban, membuat Alex dan Pecco panas.

Lewat sepertiga balapan barulah Marc mengasapi Pecco yang bannya sudah kepanasan, lalu melewati Alex dan langsung membuat jarak untuk memaksanya menyerah.

Kini kartu sudah terbuka. Pecco harus melupakan status juara dunia dua kali itu. Kalau mau sukses, ia harus pakai strategi mumpuni. Pecco harus belajar memakai strategi Joan Mir dan Jorge Martin kemarin, yaitu bermain sabar dan konsisten menjaga race-pace.

Secara kualitas motor, ia menunggangi Ducati GP2025, motor terbaik yang justru ia sendiri yang mengembangkannya.

Artinya podium tiga itu sudah harus "Kartu mati," tidak boleh lepas lagi. Jadi sedari awal "targetnya" di situ (mempertahankan posisi itu) Lalu setelah itu bermain konsisten sembari melihat situasi.

Ketika kemudian nanti ada peluang untuk posisi yang lebih baik, yah tentunya jangan disia-siakan, sebab Pecco secara teknik mampu melakukannya.

Terlalu banyak mengeluh soal kekurangan motor membuat ketegangan dan rasa tak nyaman bagi semua crew Ducati. Pecco akhirnya jadi lupa cara bersenang-senang.

Hei Pecco, ingatlah pesan dari seorang dokter kandungan kepada pasangan yang menginginkan kehadiran seorang anak, "Jangan fokus kepada anaknya, tetapi fokuslah kepada cara membuatnya!"

Nah tuh Pecco, bersenang-senanglah...

Buat yang di hati, salam sayang selalu...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun