Strategi "tarik-ulur," menjaga jarak, lalu memanfaatkan slip stream untuk menyerang dan kemudian membiarkan di-overtake lawan sembari mendinginkan ban, membuat Alex dan Pecco panas.
Lewat sepertiga balapan barulah Marc mengasapi Pecco yang bannya sudah kepanasan, lalu melewati Alex dan langsung membuat jarak untuk memaksanya menyerah.
Kini kartu sudah terbuka. Pecco harus melupakan status juara dunia dua kali itu. Kalau mau sukses, ia harus pakai strategi mumpuni. Pecco harus belajar memakai strategi Joan Mir dan Jorge Martin kemarin, yaitu bermain sabar dan konsisten menjaga race-pace.
Secara kualitas motor, ia menunggangi Ducati GP2025, motor terbaik yang justru ia sendiri yang mengembangkannya.
Artinya podium tiga itu sudah harus "Kartu mati," tidak boleh lepas lagi. Jadi sedari awal "targetnya" di situ (mempertahankan posisi itu) Lalu setelah itu bermain konsisten sembari melihat situasi.
Ketika kemudian nanti ada peluang untuk posisi yang lebih baik, yah tentunya jangan disia-siakan, sebab Pecco secara teknik mampu melakukannya.
Terlalu banyak mengeluh soal kekurangan motor membuat ketegangan dan rasa tak nyaman bagi semua crew Ducati. Pecco akhirnya jadi lupa cara bersenang-senang.
Hei Pecco, ingatlah pesan dari seorang dokter kandungan kepada pasangan yang menginginkan kehadiran seorang anak, "Jangan fokus kepada anaknya, tetapi fokuslah kepada cara membuatnya!"
Nah tuh Pecco, bersenang-senanglah...
Buat yang di hati, salam sayang selalu...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI