Marc jelas kaget, tapi dia tak mau emosi. Temperatur bannya sangat panas akibat duel ketat dengan Pecco. Mengejar Alex pastinya akan menggerus kompon ban. Jadi dia sementara akan mendinginkan suhu ban dulu.
Tiga lap kemudian tibalah saatnya bagi "The Lion King." Memanfaatkan slip stream, Marc kemudian memepet Alex dan menyalipnya di tikungan ke kanan. Dengan cara khas seorang King, Marc kemudian gas pol meninggalkan jarak dari Alex. Kini Alex harus berpikir dua kali, antara mengejar Marc atau merawat ban karena balapan masih akan lama. Alex kemudian memilih opsi kedua, membuat Marc kini benar-benar mengontrol jalan balapan.
Lap ke-14 Pecco yang tertinggal 0,4 detik di belakang Alex, kini mencoba menyerangnya. Sepertinya Pecco akan bisa melewati Alex. Namun Alex yang dalam "mode hemat ban" ternyata masih mampu menahan Pecco.
Lampu peringatan "track limit' dari Race direction berkedip, pertanda Pecco menyentuh garis hijau yang menandai batas luar lintasan, membuatnya terkesiap lalu sedikit mengendurkan gas agar tidak terkena penalti.
Satu sentakan gas dari Alex kemudian membuatnya menjauh dari Pecco. Artinya Alex memang belum habis dan dia masih punya amunisi untuk bertempur! Pecco sudah memberikan yang terbaik yang dia miliki, dan itu ternyata tidak cukup untuk mengejar the blues brothers itu.
Bahkan si adik itu baru saja berkata, "stay away from my ass!" lalu ia ngacir. Duh maknyak! Di akhir balapan Pecco pun mengaku kecewa karena ia hanya bisa mendekati Alex tanpa mampu menyerangnya.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat pula ditendang. Tiga lap menjelang akhir balapan datang lah musibah. Air mata di pipi belum kering, datang pula Digiannantonio rekan sesama Italiano menyerangnya. Pecco tak berdaya tersebab ban sudah habis ketika bertarung habis-habisan dengan kedua bersaudara itu. Sudah lah dikadalin eh kini podium tiga pun melayang di hadapan pendukung sendiri.
***
Setengah musim balapan sudah berlangsung, dan penulis kemudian berani menarik kesimpulan.
Selama ini penulis beranggapan kalau ada masalah psikologis yang menimpa Pecco, di mana kehadiran Marc dalam tim justru membuat penampilan juara dunia 2023-2024 ini menurun.
Ternyata penulis salah. Kini Penulis berani mengatakan kalau Pecco seharusnya bersyukur bisa (pernah) menjadi juara dunia dua kali berkat motor terbaik sejagad, yaitu Ducati!